Ini Beberapa Kasus Kontrak Pesepakbola Diabaikan Klub
Berita

Ini Beberapa Kasus Kontrak Pesepakbola Diabaikan Klub

Dari masalah gaji, surat-surat, hingga tak mau mengobati pemain yang cedera.

Oleh:
ALI
Bacaan 2 Menit
Ini Beberapa Kasus Kontrak Pesepakbola Diabaikan Klub
Hukumonline

Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) merilis sejumlah kasus hak pemain sepakbola yang tak dipenuhi oleh klub sepakbola sesuai dengan kontrak yang telah disepakati.

Berdasarkan siaran persnya, APPI mengutarakan bahwa rilis ini untuk menginformasikan kepada masyarakat bahwa masih banyak pemain sepakbola di Indonesia yang dalam kondisi memprihatinkan. Padahal, bila dilihat dari nilai kontrak mereka, para pesepakbola ini bisa hidup dengan layak.

“Ini sebagai informasi bahwa banyak pesepakbola di Indonesia yang tak mendapatkan kehidupan yang semestinya jika dilihat dari apa yang diperjanjikan di kontrak mereka,” demikian bunyi siaran pers yang diterima hukumonline, Jumat (22/11).

Pertama, kasus yang menimpa pemain asal Argentina Fernando Soler. Ia belum menerima delapan bulan gaji dari klub-nya Persebaya 1927. Tragisnnya, Fernando beserta istri dan tiga anaknya diusir paksa dari tempat tinggalnya karena sudah tak memiliki uang untuk membayar sewa dan saat ini tak tahu akan tinggal dimana.

Tak hanya itu, niat Fernando untuk ‘pulang kampung’ ke Argentina juga terkendala. Paspor Fernando dan keluarganya ditahan oleh pihak imigrasi dan dibutuhkan sejumlah uang untuk mendapatkannya kembali. Padahal, sesuai kontrak, permasalahan paspor dan KITAS seharus menjadi tanggung jawab pihak manajemen klub.

Kedua, tunggakan gaji juga dialami oleh Alamsyah Nasution dan Irwin Ramadhana, dua eks pemain PSMS Medan di Divisi Utama PT Liga Indonesia 2012/2013. Mereka belum memperoleh gaji selama 10 bulan. Pada Juni 2013 lalu, Alamsyah berama 10 pesepakbola PSMS lainnya bertemu dengan PSSI dan PT Liga Indonesia untuk mencari kejelasan nasib mereka.

Kala itu, PT LI berjanji akan segera berkoordinasi dengan manajemen PSMS dana akan segera mencicil pelunasan tunggakan gaji tersebut. Namun, hingga kini, belum sepeser rupiah pun yang Alamsyah terima ini. Saat ini, Alamsyah terpaksa bekerja serabutan –seperti menjaga kolam pemancingan dan menjadi supir becak- untuk menghidupi keluarganya. Sedangkan, Irwin –eks kiper PSMS- bekerja sebagai satpam.

Ketiga, kasus yang menimpa Hidayat Berutu – mentan kiper Perseman Manokwari di kompetisi 2012/2013- agak sedikit berbeda. Selain gajinya selama 5 bulan belum dibayar, Manajemen Perseman pun ‘lepas tangan’ terhadap cedera yang dialami Hidayat. Padahal, seharusnya pengobatan cedera pemain merupakan tanggung jawab klub.

“Hidaya Berutut terpaksa hanya menjalani pengobatan tradisional untuk menyembuhkan cedera yang dialaminya. Demi membiayai pengobatannya, mantan kiper Timnas Indonesia U-22 ini rela menjual seragam timnas dan dua medali melalui situs jual-beli,” lanjut siaran pers APPI.

Keempat, nasib naas juga menimpa pesepakbola asal Nigeria, Lucky Diokpara yang ditahan oleh Dirjen Imgrasi Jakarta selama beberapa bulan akibat overstay dan tidak memiliki surat izin tinggal yang sah. Padahal, surat-surat dan izin tinggal Lucky seharusnya menjadi tanggung jawab manajemen klubnya Persisko (Tanjung Jabung Barat).

“Ironisnya, menurut pengakuan Lucky, pihak manajemen sendirilah yang melaporkan Lucky ke pihak imigrasi mengenai masalah izin tinggal tersebut sehingga Lucky harus ditahan. Bukan hanya lalai dalam mengurus surat-surat tersebut, Persisko juga sampai saat ini masih belum membayar enam bulan gaji Lucky,” jelas APPI yang sering-sering disebut sebagai LBH-nya pesepakbola di Indonesia.

Kelima, dua pesepakbola asal Mali, Traore Moussa dan Sylla Bamba juga mengalami masalah klasik pesepakbola di Indonesia: gaji yang belum dibayar. Klub mereka PSAP Sigli yang bermain di Divisi Utama PT Liga Indonesia menunggak satu musim gaji mereka. Upaya komunikasi hingga somasi belum juga berhasil.

Keenam, kasus yang dialami oleh mendiang Abdoulaye Sekou Camara, pemain asal Mali yang meninggal ketika menjalani latihan bersama PBR akhir Juli 2013, mungkin kasus yang memilukan. Meski telah tiada, Camara masih memiliki piutang ke sejumlah klub di Indonesia.

Berdasarkan informasi dari agen Camara, PSAP Sigli dan Persiwa Wamena  -klub dimana Camara bermain musim lalu- masih memiliki utang gaji kepada Alm. Camara dan belum juga dilunasi sampai dengan saat ini.

Sebagai informasi, kasus tertunggaknya gaji pemain juga dialami oleh mantan Kapten Timnas Indonesia, Bambang Pamungkas. Terkait masalah ini, Bambang dan rekannya –Leo Saputra- melayangkan gugatan terhadap mantan klubnya Persija Jakarta ke Pengadilan Negeri Jakara Pusat.

Sebelumnya, seringnya klub yang tak mau membayar gaji pemain sesuai kontrak sempa menimbulkan perhatian dari pihak internasional. Dalam sebuah kongres hukum olahraga di Bali, beberapa waktu lalu, Sekretaris Jenderal Internaional Association of Sports Law (IASL) Olga Shevchenko mengusulkan perlunya UU Ketenagakerjaan khusus untuk olahragawan sebagai bentuk perlindungan terhadap mereka.

Tags:

Berita Terkait