Disabilitas Bukan Batas, Ini Cerita Yasmin si Yuris Muda Indonesia
Utama

Disabilitas Bukan Batas, Ini Cerita Yasmin si Yuris Muda Indonesia

Punya mimpi menjadi notaris. Ingin untuk menyuarakan hak-hak difabel.

Ferinda K Fachri
Bacaan 6 Menit

Hak Difabel dalam Pemilu

Pendek cerita, kerja keras Yasmin berbuah manis. Skripsi karyanya yang mengusung topik difabel dalam pemilihan umum (pemilu) menuai pujian dari para penguji. Pemilu 2024 tahun ini menjadi kali kedua baginya menggunakan hak pilih dalam pemilu. Yasmin sudah punya pengalaman yang ia rasakan sendiri untuk memperkaya penelitiannya.

Yasmin menyoroti sejumlah aspek pemilu dalam kaitannya dengan difabel. Memperoleh nilai “A” dari hasil uji skripsinya, Yasmin resmi menyandang gelar Sarjana Hukum sejak 8 Maret 2024.

“Tentang Pemilu untuk kaum disabilitas dan tentang apa tantangannya. Juga apa yang dihadapi kaum difabel dalam pemilu ke depan. Karena tahun pemilu, jadi kupikir ‘oh iya ini saja’,” ujarnya menceritakan proses mendapatkan inspirasi topik skripsi yang dipilih.

Lebih lanjut, skripsinya itu mengupas peluang dan tantangan difabel dalam menggunakan hak suaranya dalam pemilu. Ada sejumlah catatan kritis yang menjadi perhatian Yasmin dalam skripsinya. Misalnya perihal negara belum mengakomodasi pemenuhan unsur “luber” (langsung, umum, bebas, rahasia) bagi kalangan pemilih difabel. Ini mengingat sejumlah difabel harus ditemani dalam proses penggunaan haknya di bilik suara. Cara ini membuat unsur rahasia yang seharusnya dijunjung belum terealisasi dengan baik bagi pemilih difabel.

Hukumonline.com

Kiri ke kanan: Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum FH UEU Dr. Farida Nurun Nazah, Yasmin, Wakil Dekan FH UEU Rita Alfiana, M.Kn., dan Ketua Pusat Studi FH UEU Dr. Annisa Fitria. Foto: FER

Yasmin menitipkan pesan kepada semua difabel untuk terus bersemangat dalam mengejar mimpi. “Kita bisa kok (meraih cita-cita)! Sedangkan untuk nondifabel, ayo dong perlakukan kami selayaknya teman-teman kalian. Ajak main, ajak diskusi, kami terbuka kok untuk itu. Esa Unggul (selama ini pun sudah) banyak menerima anak-anak difabel,” ungkapnya. Yasmin mengatakan punya teman sesama difabel di fakultas lain UEU.

Dukungan Kampus dan Keluarga

Wakil Dekan FH UEU, Rita Alfiana, mengamini pernyataan Yasmin. UEU memang belum menyatakan diri termasuk dalam klasifikasi kampus inklusi. Namun, pihak universitas membuka kesempatan yang sama untuk menerima mahasiswa difabel agar bisa mengenyam pendidikan tinggi. 

Tags:

Berita Terkait