Valentino Simanjuntak:
Komentator ‘Jebret’ Bergelar SH, MH
Profil

Valentino Simanjuntak:
Komentator ‘Jebret’ Bergelar SH, MH

Pemain sepakbola harus melek hukum.

ALI
Bacaan 2 Menit

2004-2007, Gue lawyering di salah satu konsultan HKI di sini. Di 2006, Gue dapat kesempatan disuruh teman gue untuk casting bola, karena gue demen banget bola dan gue demen ngomong.

Gue dipercaya di sana jadi pembawa acara olahraga sampai 2010. Nah, 2006-2007, Gue kan nge-double bawa acara dan kerja (sebagai lawyer) ternyata lama-lama waktu nggak sempat. Kedua, passion gue lebih ke presenting dan gue ambil kursus.

Ketika gue keluar dari konsultan HKI, gue buat kantor hukum dengan teman-teman gue. Tetapi nggak terlalu jalan karena masing-masing fokus ada di tempat lain. Sambil di situ, gue belajar banyak tentang presenting.

Apa sekarang sudah berhenti beracara?
Gue dapat kesempatan sejak dua tahun lalu menjadi GM (General Manager) di APPI. Ilmu hukum gue pakai di sepakbola. Kesibukan gue yang semakin banyak dan tak terlalu ambisius dengan yang namanya beracara. Makanya gue berikan ilmu hukum gue untuk melakukan edukasi, memberikan advice untuk menyelesaikan masalah-masalah sepakbola.

Apa ada korelasi antara sebagai presenter dan lawyer?
Itu penonton yang nilai. Tapi, pasti ada lah. Kemampuan verbal gue jadi semakin baik, jadi terlatih, dan punya analisa kritis orang hukum. Ya udah, jadi sinergi deh.

Bagaimana pendapat Anda tentang Perkembangan Hukum Olahraga di Indonesia?
Dulu ada pro kontra dengan UU Keolahragaan, batasan-batasan dimana yang perlu diatur negara dan kegiatan individu yang nggak usah diatur. Sekarang hukum olahraga belum terlalu muncul ke permukaan. Masing-masing cabang olahraga punya aturannya sendiri. Apalagi, olahraga-olahraga masif yang punya federasi dari pusat mereka punya aturan tersendiri.

Menurut gue, belum terlalu jadi acuan dan landasan. Belum banyak yg tahu, bahkan teman-teman di dunia hukum juga tak tahu.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait