Suciwati, Penerus Perjuangan Munir
Edisi Akhir Tahun 2011:

Suciwati, Penerus Perjuangan Munir

Meskipun skeptis dengan komitmen pemerintah, Suciwati yakin keadilan akan datang.

Fathan Qorib
Bacaan 2 Menit

 

Di rumah, Suci dan anak-anaknya selalu menghiasi ruang keluarga atau ruang makan untuk berdiskusi. Khususnya mengenai perjuangan Munir dalam membela hak-hak masyarakat. Menurut Suci, dengan diskusi ini, sosok ayah bagi anak-anaknya masih tetap ada dan hidup.

 

“Kami selalu berdiskusi. Anakku bertanya apa sih yang dilakukan abah (semasa hidup). Nama almarhum tidak pernah hilang dalam ruang-ruang diskusi kami. Dia hidup, karena dia buat kami hidup di pikiran dan di hati kami,” ujar Suci. Menurutnya, butuh proses yang panjang bagi anak-anak menerima keadaan bahwa ayahnya telah tiada.

 

Mengenai harapan dari pemerintah Indonesia untuk menuntaskan kasus pembunuhan suaminya, Suci menilai sebagai hal yang naif. Meski dia menganggap perjuangan yang dilakukan belum maksimal, ia sedikit pesimis jika melihat kondisi bangsa Indonesia yang semakin lama semakin tak jelas. Tapi di satu sisi, dukungan dari dunia internasional begitu besar kepadanya.

 

“Mungkin sedikit naif negeri kita ini begitu parahnya, bobrok moral (pejabat)-nya, korupsi, pelanggar HAM, penegakan hukumnya juga buruk, jaksanya juga koruptif. Tapi kok saya tetap meyakini ketika apa yang saya lakukan itu tidak sia-sia. Jadi dukungan itu tetap mengalir sampai hari ini,” tutur suci.

 

Ia berharap, apa yang dialaminya ini tak dirasakan lagi oleh orang lain. Untuk mengikisnya, kata Suci, diperlukan mawas diri dari masyarakat dan terus mengingatkan mengenai pelanggaran HAM yang terjadi pada masa lalu. “Itu yang harus diingatkan kepada masyarakat dan ini harus diselesaikan. Kalau tidak, kita akan terus punya hutang. Negara kita akan punya hutang. Dan itu akan dicatat dalam sejarah,” tutupnya.

 

Ketua Komite Aksi Solidaritas untuk Munir (Kasum) Choirul Anam, yang turut mendampingi Suci dalam memperjuangkan keadilan menilai istri Cak Munir tersebut memiliki semangat yang luar biasa. “Solidaritas (Suci) terhadap korban HAM yang lain luar biasa besar. Ini patut disanjung, karena beliau juga korban yang memiliki beban yang besar pula,” pungkasnya.

Tags:

Berita Terkait