Strategi Jitu 32 Tahun, Reda Manthovani Raih Puncak Karier di Kejaksaan dan Kampus
Terbaru

Strategi Jitu 32 Tahun, Reda Manthovani Raih Puncak Karier di Kejaksaan dan Kampus

Perencanaan matang dan cekatan mengambil peluang menjadi kunci. Tidak ada yang kebetulan apalagi sekadar untung-untungan.

Normand Edwin Elnizar
Bacaan 7 Menit

Ia mengambil tawaran BGF dari pemerintah Prancis dan melepas beasiswa Chevening dari pemerintah Inggris. “Kenapa? Saya sudah bisa bahasa Inggris walaupun tidak seperti native speaker. Saya pilih yang mengharuskan belajar bahasa baru, cari tambahan stres baru,” ujarnya sambil tergelak. Reda harus belajar bahasa Prancis selama satu tahun di Jakarta dan setengah tahun di Prancis. Studinya baru dijalani setelah itu selama 1,5 tahun. “Saya senang tantangan,” imbuhnya. Gelar LL.M. dari Aix-Marseille Université berhasil Reda raih.

Berkah lain yang Reda dapat dari memperoleh beasiswa studi luar negeri ini adalah penempatan di Kejaksaan Agung. Sejak tahun 1999 sampai sepulang dari Prancis ia ditugaskan di Biro Hukum dan Hubungan Luar Negeri pada Jaksa Agung Muda Pembinaan. “Jarang alumni luar negeri, jadi saya tidak ditugaskan keluar Kejaksaan Agung. Bagi anak baru, jaksa pemula, pekerjaan saya di Kejaksaan Agung jadi lebih banyak menganggur,” kata Reda tertawa.

Hukumonline.com

Namun, Reda mengaku tekadnya melanjutkan studi ke luar negeri justru bukan untuk mencari jalan cepat bertugas di Kejaksaan Agung sebagai kantor pusat. “Waktu itu saya mau kembangkan diri agar menjadi berbeda secara positif dibandingkan yang lain. Saya sangat menggunakan the power of mind,” ujarnya. Ia tampak fokus menegaskan unique selling proposition sebagai jaksa profesional.

Cara berpikirnya itu tidak lepas dari pengaruh orang-orang di sekelilingnya. “Yang jelas orang tua. Ayah dan Ibu selalu memberikan semangat untuk tidak menyerah,” katanya. Reda menerima didikan untuk pantang mundur untuk menyelesaikan tantangan yang dihadapi.

“Bahkan saya diajarkan jangan berdoa ‘mudahkanlah’ atau ‘lancarkanlah’. Doanya harus ‘kuatkanlah’ atau ‘sukseskanlah’, jadi lebih optimis. Minta kekuatan untuk menghadapi,” kenang Reda.

Reda juga memiliki sejumlah mentor yang menjadi panutan dalam berkarier jaksa. Salah satu yang ia sebut adalah Marwan Effendy, sosok senior yang puncak kariernya menjabat Jaksa Agung Muda Bidang Pengawasan. Selain itu ada nama Basrief Arief yang pernah menjabat Jaksa Agung.

“Ada lagi yang pernah membimbing saya secara langsung saat menjadi atasan yaitu Profesor Burhanuddin. Beliau waktu itu Direktur di Pidana Khusus, saya Kepala Seksi saat itu,” katanya. Bagi Reda, pola kerja tiga mentornya itu berbeda tapi punya visi yang sama untuk kejaksaan. “Saya ambil contoh dari kelebihan masing-masing, yang tidak cocok atau tidak mampu dilakukan ya tidak saya ambil,” imbuhnya.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait