Apong Herlina: Memilih Membela Ketimbang Memberi Keadilan
Edsus Akhir Tahun 2010:

Apong Herlina: Memilih Membela Ketimbang Memberi Keadilan

Berawal dari psikotes, jadilah dirinya pelayan bagi yang lemah.

Inu
Bacaan 2 Menit

 

Dia menuturkan pengalamannya mendampingi seorang anak. Si anak terpaksa harus bekerja karena ayahnya sakit dan tak bisa lagi bekerja. Sebagai anak tertua maka dia harus bekerja memenuhi kebutuhan berobat ayahnya dan biaya sekolah maupun hidup sehari-hari keluarga. Jadilah dia buruh kasar bangunan.

 

Satu waktu, dia pinjam motor rekannya. Sialnya, dia menabrak sebuah mobil dan motornya rusak. Singkatnya, dia harus ganti kerusakan mobil, dia beri uang yang ada padanya. Tetapi untuk bayar kerusakan motor, Rp500 ribu, tak ada lagi uang tersisa. Apalagi dia harus membiayai ayahnya untuk berobat.

 

Pusing akan hal itu, pikiran pendek melihat handphone teman-teman sekerjanya, timbul akal untuk mencari uang banyak dalam waktu cepat. Menjelang suatu pagi, beberapa handphone dia bawa ke toko selular setempat. “Perbuatan anak itu diketahui teman-teman, karena dia menjawab panggilan dari satu handphone yang dicuri dan berjanji untuk menebus kembali,” tutur Apong.

 

Akhirnya, anak itu ditangkap. Menjalani proses hukum yang menurut Apong melelahkan dan tak akan membuat jera. “Bisa jadi, di penjara bersama pelaku kriminal lain, dia tertular untuk mengulang perbuatannya,” jelasnya dengan nada tinggi.

 

Alih fokus perhatian Apong pun terjadi. Mulai dari pembela para tenaga kerja, kemudian membela kaum feminis dan anak-anak. Sebagian waktu dia tuangkan untuk dua hal itu, sampai sekarang.

 

Wanita yang dipinang PDIP untuk menjadi calon legislatif ini menyatakan, fokus perhatian dirinya kini guna memastikan agar ada konsentrasi perlindungan negara pada anak-anak.

 

Pemerintah belum menyadari, anak-anak adalah generasi penerus bangsa. Tak ada perlindungan dan perhatian lebih, akankah negara ini ada kemudian hari, begitu pernyataan Apong.

 

Meski ruang kerja jauh dari sederhana sekalipun berada di pojok elit Jakarta, Menteng, Jakarta Pusat, Apong yakin suara, pemikiran, dan kepedulian dirinya tak akan terkukung. Bahkan, dia memastikan akan ada perubahan dari sesuatu yang dia lakukan bersama dengan para peduli akan masalah penerus bangsa.

 

Bak pepatah, berakit-rakit dahulu, berenang ke tepian. Bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian. Bagi Apong, banyak ragam aksi dan pemikiran membela anak-anak, berharap akan tercipta negara yang maju kemudian.

Tags: