Sulastri Adu Sabar dengan Lumpur
Edisi Akhir Tahun 2011:

Sulastri Adu Sabar dengan Lumpur

Tak sedikit pula rayuan dari pegawai Pemda Sidoarjo maupun Minarak yang ingin ‘memperjuangkan’ hak Sulastri dengan pamrih.

Inu
Bacaan 2 Menit

 

Bergegas mereka menuju ke balai desa meninggalkan para lelaki untuk menanggulangi lumpur yang terus memenuhi pekarangan belakang dan menuju sungai di depan pemukiman. Tak mempedulikan siraman air hujan dan kantuk yang masih menyerang, kaki-kaki Sulastri dan warga lain di RT yang sama berjalan ke balai desa.

 

Malam itu terasa panjang dan melelahkan bagi Sulastri dan keluarga lain di RT yang sama. Kecemasan terus melanda mereka menunggu sinar matahari terbit yang akan membantu mereka melihat situasi sekitar kediaman mereka.

 

Cahaya surya yang ditunggu pun tampak. Sulastri mendatangi lagi rumahnya setelah semalam ditinggal. Banyaknya pertanyaan dalam benaknya terjawab sudah ketika sampai di rumahnya. Lumpur dengan bau menyengat mudah dijumpai di RT tempat Sulastri tinggal. Meninggalkan derita yang menjadi awal perjuangannya mencari keadilan bagi masa depan keluarganya.

 

Diperdaya

Semestinya banyak iba jatuh pada keluarga Sulastri dan keluarga lain di RT yang mereka diami akibat bencana lumpur. Karena setelah bencana lumpur menyerang, pemukiman sekitar kawasan RT itu tak lagi disebut tempat tinggal.

 

Tanah tak lagi subur untuk ditanami. Sedangkan di dalam rumah, lantai retak dan dinding mengalami hal serupa. Semua tanaman yang ada mati dan tak akan ada lagi tumbuhan bisa hidup di sekitar. Air tanah tak lagi dapat digunakan hanya untuk sekadar cuci piring karena sudah berwarna dan bau.

 

Awalnya, mandi memang menggunakan air yang dibeli seharga Rp2.000 per dirigen. Namun, seiring kebutuhan hidup yang meningkat dan pendapatan tak beranjak naik, air bersih terpaksa tak lagi dibeli untuk dipakai mandi namun dibatasi guna memasak dan minum saja.

 

“Terpaksa kami mandi pakai air sumur yang tercemar, kulit tak bisa kesat tapi licin terus. Karena sudah bertahun-tahun pakai air itu, kulit sedikit berubah tak apalah, yang penting kami mandi,” sebut Sulastri.

Tags:

Berita Terkait