Seribu Kata Kolega tentang Sosok Pak Tri
Pejuang Keadilan dari Surabaya

Seribu Kata Kolega tentang Sosok Pak Tri

Bersahaja, pembimbing, dan teguh pada idealisme profesi advokat.

Norman Edwin Elnizar
Bacaan 2 Menit

 

Ketiga, Trimoelja sangat menjaga independensi. Tidak mau didikte klien dan selektif menangani kasus. Keempat, low profile. Sekalipun banyak kasus besar telah ditanganinya namun tidak jumawa. Itu terlihat dari pernyataan-pernyataan Pak Tri yang selalu menyebut dirinya advokat pedesaan. Dalam berdiskusi pun, Rivai melanjutkan, Trimoelja mau mendengar dan menghargai pendapat advokat muda. Kelima, peduli dengan berbagai persoalan hukum di Tanah Air. Pak Tri aktif memberikan pandangan dan kritikan, bahkan melalui media sosial. Meskipun usianya sudah mendekati 80 tahun, Trimoelja  terampil menggunakan gadget.

 

Luh Putu Susiladewi (Sekretaris DKD Peradi Jawa Timur)

Salah seorang advokat ‘didikan’ Pak Tri adalah Luh Putu Susiladewi. Selama 18 tahun Luh Putu berkantor di firma hukum Trimoelja D Soerjadi. Tak hanya satu kantor, mereka juga sama-sama pernah aktif di Dewan Kehormatan Daerah (DKD) Perhimpunan Advokat Indonesia Jawa Timur. Pak Tri pernah sebagai ketua, Luh Putu Susiladewi kini sebagai sekretaris.

 

Dewi, begitu ia biasa disapa kolega, melihat kesederhanaan seorang Trimoelja.  “Kesederhanaan beliau tidak berubah selama 18 tahun. Sehingga itulah yang kita tiru, bahwa rezeki tidak akan ke mana dia akan datang sendiri kok meskipun sesederhana apapun, kalau kita berintegritas orang akan cari kita,” ujarnya saat diwawancarai di sela Rapat Kerja Nasional Peradi di Yogyakarta, awal Desember 2017.

 

Dewi mengenal Trimoelja sejak kasus Marsinah melambungkan namanya. Kala itu Dewi yang pindah ke Surabaya dan sempat berhenti sementara berpraktik advokat ingin kembali melanjutkan karirnya. Ia mencari kantor advokat untuk bekerja sekaligus menimba pengalaman. Hakim Benyamin Mengkoedilaga menyarankan Dewi menemui Trimoelja. Ia pun diterima bekerja di kantor tersebut.

 

Sejak bergabung di kantor Trimoelja pada tahun 1995 hingga akhirnya mengundurkan diri 2013 lalu, Dewi merasakan bimbingan seorang mentor yang tegas, teliti, namun memberikan kepercayaan penuh. “Sebagai seorang senior Pak Tri itu kalau sudah menyerahkan tanggung jawab ke anak buahnya nggak pernah ikut campur kecuali kita melaporkan,” tutur advokat yang kini buka firma hukum sendiri, Luh Putu Susiladewi dan Rekan.

 

Kepercayaan ini kerap membuat Dewi sungkan untuk berlaku salah karena telah diberi kepercayaan penuh. “Malu dong sudah diserahkan tanggung jawab terus sampai melakukan kesalahan sampai beliau marah,” lanjutnya.

 

Hal lain yang Dewi ceritakan adalah keteguhan Trimoelja menanamkan nilai idealisme dalam profesi advokat. “Beliau mengajarkan kemandirian, idealisme. Jangan takut kalau kita benar. Kalau kita benar, kerjakan,” katanya lagi.

Tags:

Berita Terkait