Menyoroti Sisi Gelap Child Trafficking di Indramayu
Fokus

Menyoroti Sisi Gelap Child Trafficking di Indramayu

Child trafficking atau perdagangan anak merupakan salah satu bentuk eksploitasi terhadap anak. Perangkat dan aparat hukum yang ada belum mampu memberantas kejahatan terorganisir tersebut.

Gie
Bacaan 2 Menit

Solehat menuturkan, teman-teman sebayanya sudah banyak yang ‘sukses' menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) di Jakarta. Cerita-cerita tentang kehidupan mewah dan menjanjikan, kerap dikatakan teman-temannya yang pulang dari Jakarta. Solehat menggambarkan, banyak anak-anak di desanya yang berasal dari keluarga tidak mampu karena umumnya orangtua mereka hanya bekerja sebagai buruh tani ataupun TKW. Oleh sebab itu, mereka sering tergiur bila diiming-imingi pekerjaan dan penghasilan yang besar.

Lain halnya dengan Iis, ketika ditawari pekerjaan sebagai entertainer oleh pamannya, ia langsung tertarik. Iis berniat membantu ayahnya yang hanya bekerja sebagai buruh tani dan ibunya yang bekerja sebagai TKW. Jadi, Iis tidak menampik tawaran tersebut.

Jauh di dalam lubuk hatinya, sebenarnya Iis sadar banyak teman sebayanya yang malah terjerumus menjadi PSK lantaran bekerja di kota besar. Namun  tidak pernah terlintas dalam benaknya ketika ia datang ke kawasan Duren Sawit, Jakarta, gadis yang kini tengah melanjutkan sekolahnya di Indramayu, diharuskan berpose dengan pakaian minim dan latihan menari ala striptease. Beruntung, Iis masih bisa melarikan diri.

Solehat dan Iis hanyalah contoh kecil untuk menggambarkan persoalan child trafficking di Indramayu. Kendatipun demikian, belum banyak pihak yang berinisiatif untuk mengatasi masalah jual-menjual anak ini. Padahal, masyarakat di sekitar dua desa tersebut sudah sadar betul dan mengetahui tentang adanya ‘proyek' perdagangan anak yang terorganisir.  Sudah banyak pihak yang tahu betul kalau di desa-desa di Indramayu marak terjadi trafficking, ujar Andri Yoga Utami dari YKAI.

Namun, untuk memberantasnya ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ironisnya lagi, tak jarang orangtua dari anak-anak yang diperdagangkan tersebut, malah mendorong buah hatinya melakukan pekerjaan seks komersil. Uang selalu dijadikan faktor utama.

Anto Ikayadi, salah satu pekerja sosial untuk membantu pencegahan perdagangan anak ini mengakui, masyarakat di desa Jambak dan Amis justru berlomba-lomba untuk membangun rumah mewah dan harta yang berlimpah.

Ada kebanggaan tersendiri ketika menjadi orang kaya di daerah ini, ujar Anto. Padahal uang tersebut disinyalir diperoleh dari anak-anak mereka, yang harus mencari nafkah sebagai PSK.

Tags: