Hidup Bersama Karier 60 Tahun, Hartini Mochtar Kasran Tak Kenal Kata Pensiun
Utama

Hidup Bersama Karier 60 Tahun, Hartini Mochtar Kasran Tak Kenal Kata Pensiun

Terius berkarier di ruang sidang mulai dari pengadilan hingga arbitrase. Hartini masih aktif bersidang bahkan sebagai Ketua Majelis dalam arbitrase.

Normand Edwin Elnizar
Bacaan 7 Menit

Informasi riwayat hidup Hartini mencatat ia lulus sarjana hukum pada tahun 1963. “Ini yang nggak bener, seperti mahasiswi abadi. Terus terang saja karena saya lebih tertarik dunia sastra, jadi saya memaksakan diri sepuluh tahun di fakultas hukum,” kata Hartini sambil menunjuk kepalanya. Hartini sempat kuliah sambil bekerja di perusahaan Belanda bahkan menjadi guru sekolah menengah pertama. Tujuan utamanya bukan mencari uang. “Malah saya lebih mampu intensif belajar ilmu hukum kalau dirangkap kesibukan lain, kalau tidak justru malas. Tapi akhirnya ya sepuluh tahun. Mungkin dosennya bosan lihat saya jadi akhirnya diluluskan. Saya sendiri juga heran,” katanya tertawa.

Menjadi Hakim

Setahun setelah lulus sarjana hukum, Hartini diangkat menjadi hakim di Pengadilan Negeri Surabaya. “Tidak pernah melamar, angkat telepon sudah langsung diterima. Langsung Sekretaris Mahkamah Agung yang dihubungi. Dulu tidak ada yang suka jadi hakim gara-gara gajinya kecil. Negara tidak memperhatikan kedudukan hakim,” ujarnya mengenang.

Bukan kemauan Hartini menjadi hakim. Ia hanya dibantu mencari kerja oleh seorang hakim yang merupakan ayah temannya. “Saya juga tidak suka jadi hakim karena tidak tertarik hukum. Saya mengalir saja, ya sudah ikut saja. Jatuh ke tempat yang ndak karuan,” katanya tertawa. Sahabat yang dimaksud itu adalah juniornya yang akhirnya sama-sama menjadi hakim. Mereka tidak berteman dalam studi hukum, tapi teman dalam hobi bernyanyi. “Dia nyanyinya bagus, suka entertainment bareng,” ujar Hartini.

Meski mengaku tidak suka, karier hakim toh dijalaninya sampai tahun 1987. Selama itu pula kariernya menanjak hingga pernah menjabat Wakil Ketua Pengadilan Negeri Sidoarjo dan Ketua Pengadilan Negeri Nganjuk. “Saya itu terdorong ke sini, ke sana, disuruh ikut pelatihan-pelatihan. Akhirnya kompetensi saya meningkat,” ujarnya.

Hukumonline.com

Kecintaannya pada dunia hukum justru dimulai saat menjabat Ketua Pengadilan Negeri Nganjuk pada 1985 sampai 1987. “Baru mulai ada perasaan senang. Saya bisa bantu mengusulkan pegawai-pegawai pengadilan untuk promosi,” kenangnya.

Kesenangan itu pun rupanya karena Hartini berkuasa membantu pegawai-pegawai kecil yang ia pimpin melalui koneksi langsung dengan Menteri Kehakiman Ismail Saleh. “Saya senangnya di situ, bisa bantu orang kecil. Saya jadi mulai tertarik dengan dunia hukum,” katanya tertawa.

Ia mengakui sulit menjadi hakim perempuan yang sangat langka di masa itu. Kariernya dinilai baik hasil kerja keras membuktikan kompetensinya. “Saya selalu mendapat angka baik dalam pelatihan-pelatihan, lalu mendapat promosi-promosi,” ujarnya.

Tags:

Berita Terkait