Dari Klaten ke Jakarta, Memperjuangkan Kesetaraan
Edisi Akhir Tahun 2011:

Dari Klaten ke Jakarta, Memperjuangkan Kesetaraan

Tak mudah, tetapi Widodo alias Shakila bertekad tak akan surut pula melakoni tantangan yang menghadang.

FNH
Bacaan 2 Menit

“Sebenarnya kita nggak muluk-muluk. Cuma minta diperlakukan sama dengan yang lainnya. Jangan lihat mereka sebagai seorang waria yang tengah ‘menjual’, namun perlakukan mereka sewajarnya sebagai manusia juga. Ada waria yang sampai disundut rokok, dicebur ke kali,” ceritanya. 

Melalui Arus Pelangi, ia dan teman-teman memiliki visi dan misi yang jelas. Memperjuangkan persamaan hak atas pekerjaan, kesetaraan, hak sebagai warga sipil dan terutama sekali hak seorang individu membuat ikatan dengan seorang individu lainnya. Pandangan ikatan ini merupakan sebuah bentuk perjanjian yang dilakukan oleh dua orang individu dengan tidak melihat jenis kelamin. Namun mereka mengaku bahwa sesuatu yang tidak mungkin didapatkan adalah adanya ikatan pernikahan antar sejenis. 

Dengan dukungan dari orangtua dan keluarga, Widodo berkomitmen untuk terus berlari mengejar mimpi-mimpi kaum LGBTI dalam menuntut persamaan hak. Entah itu ada yang menghadang, ia tetap akan berdiri tegak memperjuangkan hak-hak kaum minoritas ini. Buktinya, tidak hanya orang-orang yang memiliki orientasi berbeda saja yang menjadi bagian dari Arus Pelangi, namun aktifis mahasiswa serta anggota Dewan pun turut serta berkecimpung dalam memperjuangkan hak mereka. 

Melawan arus bukanlah perkara gampang. Jika ingin tetap sampai pada tujuan, perlu keberanian, kekuatan, serta keyakinan yang kuat untuk mencapainya. Begitu pula yang dilakukan oleh Widodo. Berbekal ijazah SMP, ia memperlajari dunia hukum melalui alam dan lingkungannya. Dan ia pun mencoba melakukan pendekatan kepada pemerintah agar kaum minoritas ini dapat segera diakui di Indonesia. 

“Salah satu jalan bagi kaum LGBTI untuk ‘go public’ ya dengan adanya aturan undang-undang yang tidak mendiskriminasikan kita. Karena ada banyak undang-undang yang jelas-jelas menyudutkan saya dan teman-teman, salah satunya UU Pornografi,” ucapnya lirih. 

Hingga saat ini, Arus Pelangi tengah menanamkan kepada teman-teman LGBTI yang tergabung di dalam Arus Pelangi untuk tetap percaya diri. Disamping mereka juga ingin menjadikan kaum LGBTI kaum yang intelektual sehingga tidak dilecehlan dan diperlakukan semena-mena oleh orang lain. Caranya dengan mentransfer ilmu pengetahuan sebanyak mungkin kepada LGBTI. 

“Sejauh ini bentuk perjuangan kita ya menangani kasus, advokasi kebijakan undang-undang, soal hak atas administrasi kependudukan, UU Pornografi, KUHAP dan KUHP dan kita juga berjuang agar kita tidak menjadi beban dari undang-undang yang akhirnya mempengaruhi dinamika politik,” ungkapnya. 

Meski merasa perjalanan masih jauh, namun rasa optimisme tetap ada pada diri Widodo yang juga akrab disapa dengan nama Shakila ini. Ia percaya bahwa suatu saat perjuangan ini akan berakhir manis. Perjuangan untuk teman-teman LGBTI agar mendapatkan akses pekerjaan, perlakuan yang sama, hak untuk melakukan ikatan sebagaimana warga negara lain yang tidak memiliki perbedaan seperti mereka.

Tags:

Berita Terkait