Tips Mendapatkan LoA S2 dan S3 dari FH Terkemuka di Luar Negeri
Berita

Tips Mendapatkan LoA S2 dan S3 dari FH Terkemuka di Luar Negeri

"Karena pada akhirnya hasil tidak akan pernah berbohong terhadap usaha yang sudah kita lakukan"

CR-25
Bacaan 2 Menit

 

(Baca Juga: Empat Langkah Sebelum Ambil Beasiswa S2 ke Luar Negeri)

 

“Intinya, kalau by course lebih banyak komponen materi yang dipelajari di kelas sedangkan kalau by research dia langsung melakukan penelitian terhadap topik yang telah diajukan,” terang Faiz yang juga alumni School of Law, the University of Queensland untuk program Doctor of Philosophy (Ph.D.) dengan konsentrasi Constitutional Law (Hukum Tata Negara).

 

Adapun proses untuk mendapatkan LoA bagi yang berkeinginan mengambil program by research ini, jelas Faiz, maka calon mahasiswa saat mengajukan permohonan pendaftaran harus mencari supervisor yang akan membimbing penelitiannya nanti. “Jadi kita yang mencari supervisor-nya sekaligus kita juga yang menyampaikan draft proposal kita,” tukas Faiz.

 

Lebih lanjut dijabarkan Faiz, ada dua model yang bisa digunakan untuk menemukan supervisor yang tepat untuk fokus penelitian yang akan kita ambil, yakni:

  1. Browsing siapa kira-kira pembimbing yang cocok untuk penelitian yang ingin kita lakukan di Kampus tujuan. Dalam model ini, kita bisa langsung mengajukan permohonan pendampingan kepada supervisor yang kita kehendaki, bisa dengan langsung berkirim e-mail atau bisa meminta bantuan fasilitator dari pihak kampus.
  1. Minta bantuan pihak kampus. Di sini kita bisa meminta bantuan pihak kampus untuk menentukan siapa yang sekiranya cocok dan bisa direkomendasikan untuk penelitian yang ingin kita lakukan.

 

Alumni International and European Public Law di Erasmus Rotterdam University, Kartini Laras Makmur, juga menceritakan kepada hukumonline terkait beberapa pengalamannya saat berjuang mendapatkan LoA di kampus impiannya. Kartini mengaku tidak hanya mencoba mendaftar pada satu kampus tujuan saja, saat itu Kartini mencoba mendaftar di beberapa kampus di United Kingdom (UK) maupun di Belanda.

 

(Baca Juga: Mau Lulus dengan Predikat Cum Laude? Coba Tips Ini)

 

“Aku coba daftar di banyak kampus, baru setelah diterima di kampus-kampus tersebut aku memantapkan diri untuk pilih kampus yang mana,” kenang Kartini.

 

Kartini yang juga merupakan salah seorang awardee LPDP mengaku bahwa tantangan terbesar baginya saat mengajukan permohonan LoA kala itu adalah bagaimana bisa menulis essay yang bagus. Karena untuk tembus LoA program master (S2), kata Kartini, tidak menggunakan seleksi wawancara, sehingga segala potensi yang kita miliki harus betul-betul tertuang dengan baik dan menggunakan bahasa yang baik pula melalui essay yang kita tulis.

Tags:

Berita Terkait