Ira A. Eddymurthy: Lawyer Korporasi yang Terinspirasi Semangat R.A Kartini
Srikandi Hukum 2018

Ira A. Eddymurthy: Lawyer Korporasi yang Terinspirasi Semangat R.A Kartini

​​​​​​​Sempat ingin menjadi wartawan setelah lulus SMA, tapi Ira Andamara Eddymurthy lebih memilih profesi lawyer pada akhirnya. Ira menganggap semua hambatan adalah tantangan.

M Agus Yozami
Bacaan 2 Menit

 

Meskipun SSEK didirikan oleh 4 wanita di tahun 1992, tapi Ira menegaskan bahwa itu tidak berarti ada istilah gender di SSEK, yang mana selalu ada anggapan bahwa di SSEK lebih banyak perempuan di dalamnya. Menurut Ira, hal itu tidak benar karena SSEK selalu memilih berdasarkan quality dari lawyer yang bersangkutan. “Jadi di SSEK tidak harus selalu wanita,” kata wanita dua orang anak ini.

 

Baca:

 

Sempat Ingin Jadi Wartawan

Setelah lulus SMA, Ira mengaku sempat ingin menjadi wartawan. Keinginannya ini berbeda dengan teman-teman dekatnya yang ingin menjadi dokter gigi dan insinyur. Tapi bagi Ira, profesi wartawan cukup menantang karena akan lebih banyak berinteraksi dengan orang lain. Apalagi, Ira memang senang menulis. Meski demikian, ia akhirnya lebih memilih melanjutkan studi ilmu hukum ketimbang ilmu jurnalistik. 

 

“Ketika itu saya pikir pekerjaan sebagai wartawan itu asyik karena lebih banyak interaksi dengan orang. Tapi saya pikir lagi, kalau saya masuk ke hukum hampir sama, saya juga banyak berinteraksi dengan orang lain,” tutur wanita kelahiran Banda Aceh 27 Oktober 1959 ini.

 

Saat ini, Ira telah menulis dan mempublikasikan berbagai artikel mengenai hukum Indonesia dalam Capital Market Laws of the World (1997), Capital Market Yearbook (1998), Banking Yearbook (1998), Mergers & Acquisitions Yearbook (2000), Global M & A Yearbook (2000), Doing Business With Indonesia (2004) dan Watson Wyatt Asia-Pasific Employment Terms & Conditions Report (1998-2006), The International Comparative Legal Guide to Corporate Recovery and Insolvency (2007) and Getting the Deal Through: Securities Finance (2007).

 

Ayah Ira adalah seorang Sarjana Hukum Militer dan kakaknya menyandang gelar Sarjana Hukum di FHUI. Ya, Ira dibesarkan di keluarga militer yang sangat kental dengan sikap disiplin. Namun ia tidak setuju bila dikatakan dirinya mengikuti jejak sang Ayah masuk ke dunia hukum. Justru pengaruh teman-temannya dan kakaknya-lah yang membuat ia memilih dunia hukum. 

 

Ira menceritakan, sebelum masuk FHUI dirinya sempat diterima di Fakultas Psikologi UI. Namun, ia mengaku tidak tertarik masuk psikologi. Sang kakak menyarankan agar dia masuk fakultas hukum. Ditambah dorongan dari teman-teman yang mengajak masuk fakultas hukum, Ira akhirnya memilih menjadi mahasiswi fakultas hukum.

 

“Setelah menjalani, saya merasa nikmat juga di dunia hukum dan saya semakin menikmati menjadi lawyer setelah adanya SSEK, sehingga saya lebih bisa mengembangkan, lebih bisa mengekpos diri saya sendiri kepada yang lain,” katanya.   

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait