Perusahaan farmasi yang memproduksi salah satu vaksin Corona Virus Disease 19 (Covid-19) beberapa waktu lalu, AstraZeneca, melalui sebuah dokumen pengadilan mengakui produk vaksin yang dibuatnya dapat menyebabkan efek samping langka. Salah satu efek samping yang diakui adalah terjadinya pembekuan darah dan jumlah trombosit yang rendah.
Pengakuan AstraZeneca kali ini seolah membuka kembali perdebatan mengenai aman tidaknya vaksin Covid-19 yang pernah merebak saat pemerintah memberlakukan kewajiban vaksin selama pandemi Covid-19 melanda. Tidak tanggung-tanggung, dalam rangka menciptakan kekebalan kolektif saat menghadapi Covid-19, pemerintah bahkan menjadikan vaksin sebagai salah satu syarat masyarakat saat hendak mengakses pelayanan publik.
Menyusul kejadian langka yang menimpa salah satu pengguna vaksin AstraZeneca di Inggris, badan kesehatan dunia, World Health Organisation (WHO) telah mengkonfirmasi bahwa vaksin buatan AstraZeneca dapat menimbulkan efek samping bahkan mengancam jiwa. “Efek samping sangat langka yang disebut Sindrom Trombosis dengan Trombositopernia (TTS), melibatkan kejadian pembekuan darah yang tidak biasa dan parah terkait dengan jumlah trombosit rendah, telah dilaporkan setelah vaksinasi dengan vaksin ini,” ungkap WHO.
Diketahui, pasca pemberlakuan massal vaksinasi di seluruh dunia akibat penyebaran pandemi Covid-19, pada 2023, seorang ayah dua anak, Jamie Scoot, mengalami cidera otak permanen karena pembekuan darah dan pendarahan di otak seusai menerima vaksin pada April 2021. Kala itu rumah sakit mengabarkan kepada istrinya bahwa suaminya meninggal dunia.
