Masa Depan AI sebagai Alat Penunjang Pekerjaan Lawyer
Utama

Masa Depan AI sebagai Alat Penunjang Pekerjaan Lawyer

GenAI memiliki kemampuan mengotomatiskan banyak tugas-tugas profesional hukum yang memakan waktu. Meski menyimpan tantangan tersendiri, eksistensinya diyakini dapat membantu para profesional hukum agar bekerja lebih efisien, produktif, dan fleksibel.

Ferinda K Fachri
Bacaan 3 Menit
Ilustrasi
Ilustrasi

Saat ini dunia profesional termasuk profesi hukum tak terkecuali ikut merasakan dampak dari Generative Artificial Intelligence (GenAI). Reuters melaporkan alasan utama banyak departemen hukum perusahaan maupun firma menggunakan sistem ini dikarenakan potensi yang dimilikinya meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam pekerjaan. Mengingat GenAI memiliki kemampuan mengotomatiskan banyak tugas profesional hukum yang “memakan waktu”.

Sebut saja, seperti review dokumen dan analisa kontrak. Jika dilakukan AI, mereka bisa fokus pada pekerjaan yang lebih strategis dan kompleks. Meskipun GenAI memiliki banyak manfaat dalam menjalankan sejumlah tugas profesional hukum, masih terdapat kekhawatiran mengenai potensi penggunaan GenAI yang tidak etis dan curang. Salah satunya kemungkinan GenAI membuat dokumen hukum palsu atau menyesatkan hakim, seperti beberapa kasus yang pernah terjadi sebelumnya.

Baca Juga:

Terlepas dari itu, GenAI hukum di kalangan profesional hukum internasional nampaknya semakin canggih dan mampu menangani tugas-tugas yang lebih kompleks. Tak heran, ada cukup banyak firma hukum yang dilaporkan mengadopsi GenAI. Banyak pihak meyakini masa depan pekerjaan para profesional hukum dengan GenAI cerah sebagai alat untuk menjadikan para profesional hukum bekerja lebih efisien, produktif, dan fleksibel.

Dilaporkan oleh The Australian Financial Review, bahkan ada satu dari dua pengacara di Australia dan Selandia Baru yang telah menggunakan GenAI dalam melakukan tugas sehari-hari. Diantara tugas-tugas yang dilakukan oleh GenAI termasuk penyusunan email yang menjadi tugas GenAI yang paling populer dipergunakan. Selain itu, digunakan untuk merangkum dokumen, memahami konsep hukum, sampai dengan meningkatkan kualitas dan efisiensi kerja.

Menurut Chief Innovation and Legal Solutions Officer Allen, Lisa Kozaris, firma mengembangkan ChatGPT versinya sendiri agar pengacara dapat menggunakan teknologi tersebut tanpa mengirimkan data klien ke luar sistem digital mereka atau secara tidak sengaja melatih model ChatGPT berikutnya. Dengan cara ini, firma menjamin keamanan dan kerahasiaan data kliennya.

Managing Director LexisNexis untuk Asia dan Pasifik, Greg Dickason, menyebutkan melalui survei terbaru terhadap lebih dari 560 pengacara dan profesional hukum yang dilakukan LexisNexis, ternyata pengacara in-house lebih banyak mengadopsi AI generatif daripada rekan-rekan firma hukum.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait