Siksa Tahanan Palestina, Pakar HAM Internasional Sebut Kompas Moral Israel Sudah Hilang
Mengadili Israel

Siksa Tahanan Palestina, Pakar HAM Internasional Sebut Kompas Moral Israel Sudah Hilang

Para ahli telah menerima banyak laporan penyiksaan dan kekerasan seksual. Ada sekitar 9.500 warga Palestina termasuk ratusan anak-anak dan wanita dipenjara tanpa dakwaan.

Ferinda K Fachri
Bacaan 4 Menit

Para ahli telah menerima banyak laporan tentang pelecehan, penyiksaan, serangan seksual dan pemerkosaan yang meluas. Sudah banyak kesaksian dari pria dan wanita Palestina yang berani angkat suara tentang pengalaman mereka sebagai tahanan. Mereka diikat di tempat tidur dengan mata tertutup dan popok, ditelanjangi, dan lebih banyak lagi perlakuan tidak manusiawi yang tak terbayangkan.

“Tuduhan pemerkosaan massal terhadap seorang tahanan Palestina, yang didukung secara mengejutkan oleh suara-suara dalam lembaga politik dan masyarakat Israel, memberikan bukti yang tak terbantahkan bahwa kompas moral telah hilang. Praktik penyiksaan tidak dapat ditawar lagi dan merupakan kejahatan internasional, namun merupakan bagian dari modus operandi sistem penahanan dan penyiksaan Israel yang terkenal kejam,” kecam para pakar.

Di tahun 2023 silam, Special Rapporteur untuk wilayah Palestina yang diduduki telah menyelidiki praktik penahanan Israel dan meminta Negara Anggota PBB untuk campur tangan dan Mahkamah Pidana Internasional untuk segera menyelidiki. Mereka sangat menyayangkan bahwa seruan itu tidak kunjung diindahkan.

Praktik-praktik ini menurut mereka bertujuan untuk menghukum warga Palestina karena menentang pendudukan. Sebagian besar tahanan Palestina secara de facto menjadi sandera pendudukan yang melanggar hukum. Kelompok pakar menyerukan tekanan terhadap Israel untuk menerapkan sistem akses, pemantauan, dan perlindungan yang meyakinkan bagi tahanan Palestina.

“Yang dibutuhkan sekarang adalah kehadiran pengamat hak asasi manusia internasional yang independen. Mereka harus menjadi mata dunia mengingat kegagalan Israel yang terang-terangan untuk mencegah dan menangani pelanggaran hak asasi yang kejam terhadap tahanan dan orang yang ditahan,” tegasnya.

Penyiksaan Sistematis

Setelah beberapa waktu terakhir dunia dikejutkan oleh laporan tentang penyiksaan sistematis yang terjadi di penjara-penjara Israel, bukti demi bukti kembali bermunculan. The Guardian mengabarkan dari hasil wawancara bersama para tahanan Palestina yang dibebaskan. Mereka tidak hanya mengalami kekerasan tetapi juga kelaparan ekstrem, penghinaan, dan bentuk penyiksaan lainnya. 

Penyiksaan yang dialami mulai dari pemukulan, kekerasan seksual, pemberian ransum makanan yang tidak mencukupi, penolakan perawatan medis, sampai dengan perampasan kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar yang dimaksud meliputi air, cahaya matahari, listrik, sanitasi, termasuk sabun dan pembalut bagi wanita.

“Kami terkejut dengan skala dari apa yang kami dengar. Sebagai organisasi Israel-Palestina, rasanya tidak nyaman untuk mengatakan bahwa Israel menjalankan kamp-kamp penyiksaan. Namun, kami menyadari bahwa itulah yang sedang kami lihat,” ujar Direktur Eksekutif kelompok hak asasi manusia B’Tselem, Yuli Novak, Senin (5/8/2024).

Kelompok yang bermarkas di Yerusalem tersebut telah menjalankan investigasi selama berbulan-bulan. B’Tselem mewawancarai 55 mantan tahanan yang ditempatkan di 16 penjara dan pusat penahanan Israel yang dikelola oleh Israel Defense Forces (IDF). Investigasi ini dimaksudkan untuk memetakan skala dan sifat pelanggaran yang terjadi, tetapi hasilnya benar-benar memprihatinkan. 

Israel Prison Service (IPS) dan IDF membantah tudingan tersebut. Mereka mengklaim sudah menunaikan tugas sesuai dengan hukum Israel dan hukum internasional. Sebaliknya, IPS menyatakan bahwa sejumlah petisi mengenai kondisi penjara yang diajukan oleh organisasi-organisasi hak asasi manusia telah ditolak oleh Mahkamah Agung. 

Tags:

Berita Terkait