Usai mendengarkan keterangan saksi, hakim memutuskan sidang dilanjutkan pekan depan dengan menghadirkan saksi dari guru dan lingkungan sekitarnya pada Selasa (17/11). Dalam perkara ini, Margriet didakwa membunuh dan menelantarkan anak angkatnya Engeline yang mayatnya dikubur di halaman rumah.
Dalam sidang yang sama, Notaris Aneke Wibowo juga diminta keterangannya sebagai saksi. Aneke mengatakan, Margriet bersama orang tua korban Ahmad Rosidiq dan Hamidah pernah datang dua kali ke kantornya untuk meminta dibuatkan surat kesepakatan pengangkatan atau hak asuh anak (Engeline).
"Terdakwa bersama saksi Ahmad Sidik datang ke kantor saya untuk minta tolong dibuatkan kesepakatan hak asuh anak, namun saya sempat mengimbau mereka untuk menganjurkan hal itu ke pengadilan," ujarnya.
Menurutnya, isi dari nota kesepakatan terkait serah terima dan hak asuh anak itu sudah disepakati kedua belah pihak. Aneke menjelaskan, kesepakatan itu juga berisi konsekuensi terkait pengangkatan dan hak asuh anak dan pembagian hak waris terhadap korban dan terdakwa sesuai konsekuensi yuridis.
"Untuk tambahan isi redaksional surat kesepakatan itu memang saya yang membuat, namun sudah sesuai kesepakatan kedua belah pihak," katanya.
Penuntut umum dari Kejaksaan Tinggi Bali menegaskan, keterangan empat saksi yang dihadirkan dalam persidangan sudah memiliki nilai pembuktian, sesuai unsur-unsur pidana yang didakwakan kepada Margriet Megawe. "Keempat saksi yang dihadirkan dalam persidangan sudah memiliki nilai pembuktian dan relevan," kata jaksa Purwanta Sudarmaji.
Ia mengatakan, meskipun keempat saksi yang dihadirkan dalam persidangan hari ini tidak melihat, mendengar dan mengalami kejadian itu secara langsung, namun sudah bersesuaian dengan dakwaan.Keterangan saksi yang memiliki nilai pembuktian itu yakni dari keterangan orang tua kandung Engeline, Ahmad Sidiq dan Hamidah yang mengetahui secara pasti kapan anaknya diserahkan kepada Margriet, umur dan tanggal lahir korban Engeline.