Otonomi Daerah Dinilai Hambat Pertumbuhan Ekonomi
Berita

Otonomi Daerah Dinilai Hambat Pertumbuhan Ekonomi

Lantaran perbedaan pengambilan kebijakan dan keputusan antara pemerintah pusat dan daerah.

FNH
Bacaan 2 Menit

Economist corporate Network, Ross O' Brien mengatakan, untuk kawasan Asia Tenggara, perekonomian Indonesia terus menjadi perhatian investor asing di 2013. Meskipun ada penilaian bahwa sikap pemerintah mengarah pada proteksionis.

"Negara mengetatkan peraturan untuk melindungi kepentingan domestik, namun ini tindakan wajar karena hampir seluruh negara Asia lainnya melakukan hal yang serupa," kata Brien.

Penilaian para investor asing tersebut, kata Brien, memiliki alasan yang kuat. Menurut kajiannya, konsumen optimis optimistis terhadap iklim ekonomi Indonesia untuk kurun enam bulan ke depan yang semakin kuat. Apalagi, pada Consumer Expectation Index (CEI) dari Bank Indonesia mencatat adanya peningkatan sebesar 1,5 dibanding sebulan sebelumnya (Desember 2012).

Ia mengatakan, peningkatan indeks tersebut tidak terlepas dari dukungan ekspektasi yang menyebutkan bahwa aktivitas bisnis bisa mengalami pertumbuhan hingga 2,5 poin dan ketersediaan lapangan pekerjaan meningkat 2,1 poin. Laporan tersebut sekaligus menyimpulkan, ada peningkatan minat berwirausaha dan bertumbuhnya aksesibilitas dalam memperoleh fasilitas kredit perbankan.

Selain itu, catatan The Economist juga menemukan sejumlah analis dan pelaku pasar yang meyakini pertumbuhan makro-ekonomi Indonesia pada tahun-tahun mendatang tetap kuat. Kondisi ini, lanjutnya, semakin menambah keyakinan asing untuk berinvestasi di Indonesia, ketimbang negara Asia Tenggara lainnya.

Sebagaimana diketahui, pada 2012 Indonesia mencatat investasi langsung asing (FDI) senilai USD22,8 miliar. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan, FDI ke Indonesia pada Kuartal IV 2012 tercatat mengalami kenaikan 22,9 persen dibandingkan periode yang sama setahun sebelumnya.

Tags:

Berita Terkait