Operator Airlines Tidak Merasa Perang Tarif, LSM Ngotot
Berita

Operator Airlines Tidak Merasa Perang Tarif, LSM Ngotot

Entah apa namanya kalau perusahaan-perusahaan penerbangan komersil ramai-ramai memberikan potongan harga tiket, sebab mereka tidak mau dibilang "perang tarif". Mereka menyebutnya kompetisi harga, dan itu wajar saja. Tetapi kalangan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ngotot bahwa yang terjadi adalah "perang tarif", dan akhirnya yang akan jadi korban adalah konsumen.

Ari/APr
Bacaan 2 Menit
Operator <I>Airlines</I> Tidak Merasa Perang Tarif, LSM <I>Ngotot</I>
Hukumonline

Dalam dengar pendapat publik mengenai tarif transportasi udara yang diselenggarakan oleh Komisi Persaingan Usaha (KPPU), terungkap bahwa para perusahaan penerbangan komersil tidak merasa terjadi perang tarif. Padahal, perang tarif bisa terbaca dengan jelas dari berbagai iklan perusahaan penerbangan yang menawarkan berbagai potongan harga tiket.

Wakil-wakil dari perusahaan penerbangan yang diundang oleh KPPU, antara lain Garuda Indonesia, Jatayu, Merpati, Pelita, dan Lion Airlines, kompak mengatakan bahwa selama ini tidak terjadi perang tarif di antara mereka. Yang terjadi adalah kompetisi harga yang menurut mereka masih wajar dan biasa terjadi dalam usaha transportasi.

Bahkan, Asosiasi Perusahaan Penerbangan INACA menuding media lah yang membersar-besarkan perang tarif tersebut. "Yang membesar-besarkan masalah tarif ini kan media saja. Kalau yang dikhawatirkan adalah resiko bangkrutnya perusahaan penerbangan, itu memang sudah resiko bisnis dimanapun juga," ujar salah seorang wakil dari INACA.

Keselamatan konsumen

Soal ketatnya persaingan tarif yang terkesan jor-joran di antara operator penerbangan tersebut, dinilai bukanlah hal yang wajar oleh beberapa LSM yang mengamati soal transportasi. Salah satunya adalah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI).

Menurut MTI, perang tarif antarperusahaan penerbangan tersebut akan berdampak pada keselamatan konsumen maupun awak pesawat. Pasalnya, dengan memasang harga tarif yang rendah, logikanya tentu harus ada biaya yang ditekan. Dan menurut MTI salah satu komponen biaya yang cukup besar dikeluarkan oleh perusahaan penerbangan adalah biaya perawatan.

Jika perawatan yang dilakukan rendah tentu akan cenderung tidak memadai.  Dan hal tersebut, dikhawatirkan akan sangat berpengaruh secara teknis terhadap pesawatnya sendiri dan keselamatan para penumpang.

"Kompetisi harga tetap memiliki potensi mempengaruhi keselamatan penerbangan. Biaya perawatan yang ditekan membuat potensi keselamatan penerbangan menjadi terancam," papar Heru Dewanto dari MTI.

Halaman Selanjutnya:
Tags: