Olahragawan Perlu UU Ketenagakerjaan Tersendiri
Berita

Olahragawan Perlu UU Ketenagakerjaan Tersendiri

Untuk menjawab persoalan seringnya gaji yang tak dibayar.

RFS (HOLE)/ALI
Bacaan 2 Menit

Contoh olahragawan yang tak terlindungi pernah terjadi di Rusia. Olga menceritakan salah satu klub basket di Rusia yang tetap mempekerjakan pemain baru walaupun tidak mampu membayar gaji pemain sebelumnya. Olga pernah mengajukan permohonan kepada federasi basket Rusia agar menolak mengakui klub yang mempekerjakan pemain baru tetapi masih memiliki masalah pembayaran gaji terhadap pemain sebelumnya.

Sayangnya, lanjut Olga, permohonan tersebut ditolak oleh federasi. Alasannya karena aturan mengenai mempekerjakan pemain basket diatur dan tunduk pada UU Ketenagakerjaan Rusia. “Permohonan kami ditolak karena olahraga di Rusia diatur melalui UU Ketenagakerjaan,” ujarnya.

Dalam sesi yang terpisah, General Manager Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) Valentino Simanjuntak mengatakan kesejahteraan olahragawan sempat menjadi salah satu fokus perhatian dalam pertemuan tahunan FIFPro (organisasi atlet profesional di dunia) di Slovenia, pekan lalu. Ia mengatakan FIFPro sangat memperhatikan fenomena pengaturan skor permainan karena disebabkan oleh dua hal.

Pertama, karena gaji pemain sepakbola atau atlet tidak dibayar oleh klubnya. Akibatnya, dia tak bisa membayar tagihan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. “Ini salah satu alasan yang populer mengapa pemain ikut terlibat dalam pengatur skor,” tutur pria yang hadir sebagai peserta dalam kongres ini.

Kedua, karena pemain atau olahragawan dipaksa oleh klubnya sendiri. Valentino berharap agar setiap lembaga terkait bekerja sama menyelesaikan persoalan ini. “Atlet harus dijamin kesejahteraannya. Hak dasarnya seperti gaji dan asuransi,” pungkasnya.

Tags:

Berita Terkait