Munir Memperoleh Penghargaan UNESCO
Berita

Munir Memperoleh Penghargaan UNESCO

Jakarta, hukumonline. Wakil Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Munir memperoleh penghargaan kehormatan pada Hari Toleransi Sedunia dari United Nation for Education and Culture Organization (UNESCO). Munir dinilai UNESCO telah memperjuangkan perlindungan hak asasi manusia (HAM).

Bam/APr
Bacaan 2 Menit

Munir adalah orang Indonesia kedua yang dianugerahi penghargaan yang juga sering disebut sebagai "Alternative Nobel Prize" itu. Sebelumnya Warga Negara Indonesia lainnya yang pernah mendapat penghargaan serupa adalah Carmel Budiardjo pada 1995, atas pengabdiannya mengampanyekan penegakan HAM di Indonesia, khususnya Timor Timur.

Alumnus Fakultas Hukum Universitas Brawijaya ini sebelumnya dinobatkan majalah Asiaweek sebagai satu dari 20 Pemimpin Politik Muda Asia pada milenium baru. Saat itu, Munir bersama Andi Alfian Mallarangeng dinilai sebagai tokoh yang patut mendapat perhatian khusus pada dekade mendatang.

Munir pun sebelumnya pernah dinobatkan sebagai "Tokoh 1998" versi Majalah Ummat. Saat itu Munir menyingkirkan sejumlah nominator kuat lainnya, di antaranya Abdurrahman Wahid dan Amien Rais yang kala itu masing-masing sebagai Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama dan Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional. Munir pun juga pernah menerima penghargaan Yap Thiam Hiem

Meskipun banyak penghargaan yang pernah ia peroleh, bukan berarti Munir tidak pernah dikritik. Tokoh yang pernah mengkritiknya antara lain mantan Komandan Pusat Polisi Militer ABRI Mayjen TNI Syamsu Djalaluddin dan artis Erva Arnaz yang hingga kini kehilangan suaminya, Deddy Hamdun.

Meskipun banyak menerima penghargaan, Munir tetaplah pribadi yang bersahaja. Ia masih  bekerja keras dan makan makanan kaki lima yang berjualan di dekat markas YLBHI di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat. Karena kerja kerasnya dan kurang memperhatikan makanan, dua bulan lalu Munir jatuh sakit.

Saat menerima penghargaan sebelumnya pada Oktober 2000, Munir menyerahkan hadiahnya kepada teman-temannya. Setelah diberitahu akan mendapat hadiah dari UNESCO pun, Munir menyatakan akan menyerahkan hadiah itu kepada teman-temannya di YLBHI. "Tanpa mereka, saya tidak bisa berbuat banyak," cetusnya. Itulah Munir.

Hadiah kepada Munir merupakan hadiah juga bagi bangsa Indonesia bahwa Indonesia mempunyai putra bangsa yang diakui dunia. Hadiah ini juga merupakan hadiah bagi para pejuang HAM yang tak kenal lelah dan bekerja tanpa pamrih.

 

 

Tags: