Metode “Itakura-Saito”, Silang Pendapat Dua Ahli Forensik di Sidang Tipikor
Utama

Metode “Itakura-Saito”, Silang Pendapat Dua Ahli Forensik di Sidang Tipikor

Mempersoalkan relevansi metode Itakura-Saito dalam pembuktian similaritas suara.

Aji Prasetyo
Bacaan 2 Menit

(Baca juga: Ahli Forensik, ‘Kunci’ Sahnya Bukti Elektronik di Pengadilan).

Masuk ke materi persidangan, Ruby menjelaskan mengenai definisi dari digital forensik dan audio forensik. Menurutnya digital forensic adalah ilmu komputer yang berkaitan dengan hukum dimana seseorang menggunakan ilmu komputer untuk menganalisis barang bukti digital seperti telepon genggam, hardisk, perangkat universal serial bus (usb) atau barang apapun yang berbentuk digital yang memiliki memori penyimpanan. Keilmuan melakukan analisis barang bukti digital untuk dapat dianalisa dalam bentuk laporan untuk keperluan hukum.

Audio forensik adalah proses analisis terhadap suara untuk komparasi atau mengidentifikasi sebuah suara. Umumnya di bidang penegakan hukum terkait komparasi dua suara yang berbeda dari untuk memastikan apakah benar dua suara yang berbeda.

Menurut Ruby, seiring perkembangan zaman, saat ini seluruh rekaman audio berbentuk digital. Oleh karena itu audio forensik tetap masih di bawah digital forensik atau komputer forensik atau cabang keilmuannya. Bagaimana dengan forensik akustik?

"Tentang forensik akustik mohon maaf saya belum pernah mendengar selama ini. Saya juga Mily IP asosiasi forensik indonesia itu adalah asosiasi yang multidisiplin ilmu forensik, ada kedokteran forensik, engineering forensik, ada macam-macam ilmuan forensik tapi tidak pernah mendengar akustik forensik," terangnya.

Metode

Poin kedua yang mendapat perhatian Ruby adalah metode pengujian suara. Ruby berpendapat metode yang umum dipakai aparat penegak hukum adalah pengujian tiga unsur yaitu pitch, formant dan spectrogram. Ketiga unsur tadi dilakukan analisis sehingga mendapatkan nilai pada kata-kata tertentu dari pemilik suara dan terduga pemilik suara (bila diketahui siapa diduga pemilik suara).

Standar penelitian ini juga dilakukan oleh Federal Bureau of Investigation (FBI) dengan dianjurkan pengujian suara tersebut dilakukan minimal 20 kata. "Proses analisis yang valid atau pas bisa dilakukan dengan kata yang sama. Kalau di bawah 20, tingkat hasil akan jadi kemungkinan, kalau di atas akan jadi sebuah kepastian," tuturnya.

Kuasa hukum terdakwa lantas menanyakan metode Itakura-Saito. Metode inilah yang digunakan ahli dari KPK Dhany Arifianto untuk melakukan pengujian terhadap suara Lucas dan Eddy Sindoro. "Saya sudah membaca teori itu dimana dirilis tahun 1968 oleh perusahaan di Jepang. Secara pribadi dan saya cek ke praktisi lain, metode itu tidak pernah dilakukan untuk audio forensik dan sampai dibawa ke pengadilan," jelasnya.

Tags:

Berita Terkait