Menagih Maaf Amerika Serikat dan Pelaku Pembantaian 1965
Senyap: The Look of Silence

Menagih Maaf Amerika Serikat dan Pelaku Pembantaian 1965

Karya Joshua Oppenheimer setelah The Act of Killing (Jagal).

ALi
Bacaan 2 Menit

Ia mencontohkan bagaimana film Jagal bisa menarik perhatian dunia. Bahkan, lanjutnya, anggota Kongres Amerika Serikat (AS) pernah mendesak agar Amerika Serikat – negara asal Joshua sendiri – untuk mengakui keterlibatannya. “Amerika Serikat dan Inggris yang berperan dalam peristiwa ini harus mengakui perannya, salah satunya dengan mendukung rezim Orde Baru yang dibuatnya,” sebut Joshua dalam suratnya.

Joshua boleh jadi benar. Pasalnya, di film itu, beberapa pelaku menunjuk Amerika Serikat sebagai aliansi pemerintah Orde Baru saat itu. “Amerika Serikat yang mengajari kami bagaimana melawan komunis,” ujar salah seorang pelaku sebagaimana terekam di film yang didukung oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan Komnas HAM.

Bahkan, ada pelaku yang terang-terangan menuntut penghargaan dari AS atas aksi yang mereka lakukan kepada orang-orang yang diduga sebagai pendukung PKI. “Seharusnya kami angkatan 66 ini diberikan penghargaan. Seharusnya kami diundang ke Amerika. Kalau tidak naik pesawat, naik kapal laut pun jadi,” seloroh pelaku yang lain.

Para korban, termasuk Adi Rukun tentu miris mendengar itu. Adi mengatakan bahwa yang membuatnya kesal dan benci bukan hanya peristiwa pembantaian itu, tetapi bagaimana pelaku tidak mau menyampaikan penyesalan dan permohonan maaf sedikit pun. Bahkan, mereka mengaku sebagai pahlawan bangsa dan penjaga ideologi negara.

“Harapan saya mereka mau mengakui itu salah. Itu tidak saya dapatkan. Saya hanya mendapatkan kata maaf dari anak salah seorang pelaku. Itu yang paling saya benci. Jangankan minta maaf, menyesal sedikit pun tidak ada,” ujar Adi yang hadir dalam pemutaran film ini.

Adi memang tak memperoleh apa yang diinginkannya. Namun, ia lah bintang dalam film ini. Ketika orang yang terlibat dalam film ini menyembunyikan identitasnya, seperti asisten sutradara yang disebut “anonim”, Adi berani tampil membuka luka lama dengan segala resiko yang bisa menimpa diri dan keluarganya. 

Tags:

Berita Terkait