Struktur pengecer (peritel) di Indonesia
Sektor | 2004 | 2005 |
Toko tradisional | 1.745.589 | 1.787.897 |
Convenience store | 154 | 115 |
Supermarket: | 6.560 | 7.606 |
- Sub-supermarket | 956 | 1.141 |
- Minimarket | 5.604 | 6.456 |
Large format store: | 90 | 107 |
- Hypermarket | 68 | 83 |
- Warehouse clubs | 22 | 24 |
Total toko peritel | 1.752.393 | 1.795.725 |
Toko obat | ||
Traditional drugstore | 17.699 | 16.663 |
Chain drugstore | 218 | 245 |
Total toko obat | 17.917 | 16.908 |
Sumber: AC Nielsen via KPPU
Menurut KPPU, Pemerintah hendak melindungi dua jenis objek. Pertama, Pemerintah hendak melindungi peritel kecil dari persaingan yang tak berimbang dengan peritel besar. Kedua, Pemerintah ingin melindungi pemasok yang tergolong dalam UKM dari potensi eksploitasi peritel besar.
Namun, menurut KPPU, langkah tersebut justru bertentangan dengan UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang Persaingan Usaha. Misalnya, dengan adanya aturan zonasi, waktu buka toko, persyaratan perizinan yang diperketat, serta kewajiban melakukan kemitraan, hal tersebut merupakan penghalangan bagi masuknya usaha ritel modern.
KPPU menyadari bahwa kewenangan pengaturan berada di tangan Pemerintah. Oleh karena itu, KPPU akan memberikan saran yang bersifat normatif. Dengan adanya perlindungan kepada pelaku industri kecil, menurut KPPU, dengan sendirinya tercipta kesempatan berusaha yang setara antara pelaku pasar modern maupun tradisional.
Terpisah, Direktur Hubungan Masyarakat PT Carrefour Indonesia Irawan D Kadarman berharap lahirnya Perpres ini mampu mewadahi kepentingan peritel modern dalam jangka panjang. Mudah-mudahan Perpres tersebut kondusif untuk industri ritel dan dapat mengakomodasi perkembangan ritel ke depan, tulisnya dalam pesan singkat.