Mau Lulus dengan Predikat Cum Laude? Coba Tips Ini
Berita

Mau Lulus dengan Predikat Cum Laude? Coba Tips Ini

Mulai dari kenali pola belajar, pahami karakter dosen, hingga rajin mengikuti diskusi dan bergaul.

CR19
Bacaan 2 Menit

4.    Pasang Target dan Lulus Tepat Waktu
Lulus dengan predikat cum laude perlu diikuti juga dengan waktu studi yang disesuaikan oleh kampus. Umumnya untuk strata satu (S1) adalah empat tahun, tapi ada juga yang bisa selesai dalam waktu tiga setengah tahun. Bagi Nadia, sejak awal semester penting bagi mahasiswa mentargetkan sendiri jumlah SKS (satuan kredit semester) yang diambilnya. Dari sana, lanjutnya, bisa diukur berapa indeks prestasi (IP) yang akan didapatkan. “Soalnya nilai-nilai itu ada skornya kan yang menentukan IP kita,” ujarnya.

Lebih lanjut, Nadia mengingatkan, agar mahasiswa bisa mempertahankan IP yang didapatkan ke semester berikutnya. Sebab, kalau IP mahasiswa mengalami penurunan hal itu menyulitkan mahasiswa untuk mengejar predikat ‘dengan kehormatan’ itu. “Kalau misalnya udah bagus ya kalau bisa naik-naik terus. Karena kalau udah sekali turun, itu susah naikinnya lagi. Tapi nggak perlu ngoyo juga,” pesannya.

5.    Ikut Diskusi dan Perbanyak Teman
Kegiatan lain yang bisa ditemukan oleh mahasiswa FH adalah berdiskusi. Tapi cara ini ternyata cukup ampuh dalam mengejar IPK cum laude. Mengenang masa awal di FHUI, Nadia masih ingat kalau dulu dirinya selalu mengikuti diskusi yang dilakukan di BEM FHUI. Kesulitan memahami mata kuliah saat itu, dapat terselesaikan salah satunya dengan berdiskusi dengan teman seangkatan dan senior di kampus.

“Jangan males buat ikut Tentir sama BEM, kaya belajar bareng gitu. Banyak-banyak diskusi aja sama senior kaya diskusi kasus gitu. Kalau cuma menghafal aja itu ilmu kita nggak aplikatif kan,” tandasnya.

Senada dengan Nadia, Erista juga memandang diskusi sebagai satu kebutuhan, khususnya dalam membantunya mendapatkan IPK cum laude. Menurutnya, dengan berdiskusi transfer knowledge bisa terjadi sehingga memperkaya khasanah ilmu. Selain itu, diskusi tersebut dijadikan sebuah kompetisi antar teman dalam mengejar predikat lulusan terbaik.

“Bergaul sama teman yang membawa kita kearah yang positif. Jadi walau temenan ada rasa saling kompetisi. Tetap saingan tapi tetap sehat. Temen-teman bisa bawa kita ke arah yang lebih baik atau lebih buruk. Kalau nggak bisa membentengi diri sendiri, kita bisa kebawa,” pungkasnya.

Tags:

Berita Terkait