Harapan para pengungsi bisa segera mendapatkan negara tujuan sebagai tempat tinggal, serta bantuan biaya dari UNHCR. "Kami tidak bisa pilih mau ke negara mana. Kami hanya bisa menunggu kabar dari UNHCR. Saya akan tunggu terus di sini sampai saya mendapat kabar," ujar Nargis. Walau menggelandang, Nargis mengaku tetap bisa membersihkan diri dan memandikan anaknya. Hal ini dilakukannya di masjid yang ada di sekitar Kebon Sirih. "Kami bisa mandi di masjid. Kalau mau charge baterai HP, kami juga bisa lakukan di masjid," ucapnya sambil bercanda.
"Biasanya kami duduk berjajar sambil charge HP, ngobrol bareng sama yang lain. Kami sangat dibantu dengan masjid yang ada di sini," sambung Nargis. Dia mengaku, dirinya tetap bersyukur walau harus menggelandang. Setidaknya, Nargis dan keluarganya aman di Indonesia. Dia pun berterima kasih kepada warga Jakarta yang telah membantunya.
Sebab, Amerika yang tadinya adalah tujuannya, tidak menerima imigran. "Susah kalau mau ke Amerika. Tidak ada izinnya," dia mengakhiri.
Hingga akhir Desember 2020, jumlah pengungsi kumulatif di Indonesia tercatat sebesar 13,745 orang dari 50 negara. Lebih dari setengah populasi tersebut datang dari Afghanistan. Tak hanya orang tua, anak-anak menjadi pengungsi di Kebon Sirih. Mereka menatap masa depan dengan penuh ketidakpastian.