Kisah Pengungsi Afghanistan yang Bertahan Hidup di Indonesia
Foto Essay

Kisah Pengungsi Afghanistan yang Bertahan Hidup di Indonesia

Para pengungsi mendirikan tenda-tenda kecil sebagai tempat tinggal sementara sembari berharap bisa diterbangkan ke negara lain untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak.

Resa Esnir
Bacaan 3 Menit
Pengungsi Afghanistan mendirikan tenda di ruas Jl. Kebon Sirih Barat I, Jakarta Pusat. Foto: RES
Pengungsi Afghanistan mendirikan tenda di ruas Jl. Kebon Sirih Barat I, Jakarta Pusat. Foto: RES

Sebanyak 20 pencari suaka asal Afghanistan menempati ruas Jl. Kebon Sirih Barat I, Jakarta Pusat. Para pengungsi tinggal untuk sementara di Indonesia, sebelum melanjutkan kehidupan di negara yang menandatangani Konvensi Pengungsi PBB. Para pengungsi mendirikan tenda-tenda kecil sebagai tempat tinggal sementara sembari berharap bisa diterbangkan ke negara lain untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak.

Hukumonline.com

Nargis Panahi (37) sudah hampir 10 tahun tinggal di Indonesia, anaknya pun Zahra (5) lahir di Indonesia yang di bantu warga. Wajahnya tetap semringah walau sudah menggelandang di jalanan sekitar Kebon Sirih selama ini. Seraya memeluk anaknya yang aktif dan masih berumur 5 tahun tersebut, Nargis menceritakan perjalanannya hingga tiba di Ibu Kota.

"Saya datang bersama suami dan anak saya, kami bertiga datang dengan pesawat," tuturnya saat berbincang dengan hukumonline.com di dekat tenda tempat merak tinggal. "Paspor kami hilang diambil seseorang. Dia mengaku mau bantu kami, dan pergi membawa identitas kami. Saya kebingungan, dan saya menunggu kabar dari UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees)," lanjutnya dengan wajah pilu.

Hukumonline.com

Hukumonline.com

Namun, ibu satu anak itu kembali tersenyum saat menuturkan pengalamannya selama menggelandang. Sembari duduk hanya beralaskan tikar seadanya, dia mengaku bahwa warga Jakarta telah memperlakukan keluarganya dengan cukup baik. "Orang-orang Indonesia baik. Mereka sering memberi kita makanan dan uang saat lewat," ceritanya.

Hukumonline.com

Hukumonline.com

Para pengungsi tidak bisa tinggal selamanya di Indonesia. Walau Indonesia salah satu negara yang membolehkan mereka bersinggah, Nargis Panahi tahu bahwa dia harus pergi suatu saat nanti. Mereka mengatakan tidak sedikit dari pengungsi yang sudah terkatung-katung sejak hampir 10 tahun lalu.

Hukumonline.com

Hukumonline.com

Pada Selasa, 24 Agustus 2021 kemarin, puluhan pencari suaka asal Afghanistan berunjuk rasa di depan Kantor UNHCR, Kebon Sirih untuk menuntut kejelasan nasib mereka di Indonesia agar bisa ditempatkan ke permukiman permanen di negara ketiga sebagai pengungsi.

Hukumonline.com

Sebelumnya, mereka melarikan diri dari Afghanistan akibat konflik berkepanjangan di dalam negeri dan ketakutan terhadap milisi bersenjata Taliban yang kini telah menguasai Afghanistan.

Hukumonline.com

Hukumonline.com

Harapan para pengungsi bisa segera mendapatkan negara tujuan sebagai tempat tinggal, serta bantuan biaya dari UNHCR. "Kami tidak bisa pilih mau ke negara mana. Kami hanya bisa menunggu kabar dari UNHCR. Saya akan tunggu terus di sini sampai saya mendapat kabar," ujar Nargis. Walau menggelandang, Nargis mengaku tetap bisa membersihkan diri dan memandikan anaknya. Hal ini dilakukannya di masjid yang ada di sekitar Kebon Sirih. "Kami bisa mandi di masjid. Kalau mau charge baterai HP, kami juga bisa lakukan di masjid," ucapnya sambil bercanda.

Hukumonline.com

"Biasanya kami duduk berjajar sambil charge HP, ngobrol bareng sama yang lain. Kami sangat dibantu dengan masjid yang ada di sini," sambung Nargis. Dia mengaku, dirinya tetap bersyukur walau harus menggelandang. Setidaknya, Nargis dan keluarganya aman di Indonesia. Dia pun berterima kasih kepada warga Jakarta yang telah membantunya.

Hukumonline.com

Hukumonline.com

Sebab, Amerika yang tadinya adalah tujuannya, tidak menerima imigran. "Susah kalau mau ke Amerika. Tidak ada izinnya," dia mengakhiri.

Hukumonline.com

Hukumonline.com

Hingga akhir Desember 2020, jumlah pengungsi kumulatif di Indonesia tercatat sebesar 13,745 orang dari 50 negara. Lebih dari setengah populasi tersebut datang dari Afghanistan. Tak hanya orang tua, anak-anak menjadi pengungsi di Kebon Sirih. Mereka menatap masa depan dengan penuh ketidakpastian.

Hukumonline.com

Hukumonline.com

Tags: