Kisah Pencari Keadilan yang ‘Main Hakim Sendiri’
Resensi

Kisah Pencari Keadilan yang ‘Main Hakim Sendiri’

Main hakim sendiri ternyata hanya akan menimbulkan permasalahan yang lebih besar.

ALI
Bacaan 2 Menit

Singkat cerita, Gerard akhirnya menyerahkan kasus ini ke jaringan atau grup yang dipimpin oleh Simon. Di Amerika Serikat, kelompok semacam ini dikenal dengan sebutan ‘Vigilante Group’. Si pelaku akhirnya mati terbunuh. Namun, di sinilah dimulainya konflik besar dalam film yang disutradarai oleh Roger Donaldson. Ternyata, pertolongan yang diberikan Simon –dan jaringannya- tidak gratis. Gerard harus mematuhi perintah kelompok ‘main hakim sendiri’ ini untuk membunuh orang lain.

Judul

Seeking Justice

Durasi

105 menit

Sutradara

Roger Donaldson

Pemain

Nicolas Cage, Guy Pearce, January Jones, Jennifer Carpenter

Sekilas, film Seeking Justice ini tak berbeda jauh dengan film-film hukum yang kebanyakan beredar. Ide ceritanya masih seputar kekecewaan warga masyarakat terhadap proses hukum yang lama dan berbelit-belit sehingga membuat mereka melakukan kegiatan main hakim sendiri. Cerita sejenis dapat kita temui dalam film-film hukum seperti Law Abiding Citizen, atau Time To Kill (yang berasal dari novel karya John Grisham).

Namun, dalam Seeking Justice, si sutradara berusaha untuk mengeksplorasi cerita setelah terjadinya tindakan ‘main hakim sendiri’. Bagaimana Gerard harus terjebak dalam kelompok ‘Vigilante’ untuk balas budi. Dan bagaimana dia harus berjuang dengan keras untuk keluar dari kelompok ini.

Salah satu hikmah yang bisa diambil adalah dampak besar dari perbuatan ‘main hakim sendiri’. Untuk diterapkan di dunia nyata, sikap main hakim sendiri tentu bukan sesuatu yang layak direkomendasikan. Karena masih ada cara-cara yang baik untuk menegakan hukum tanpa harus melanggar hukum. Cara-cara yang masih berada dalam koridor hukum.

Misalnya, kisah yang diangkat dalam film Conviction. Yakni, kisah seorang wanita yang berusaha membongkar peradilan sesat yang menimpa kakak kandungnya. Di film ini dikisahkan si wanita harus menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mengeluarkan kakaknya dari penjara. Film Conviction patut dicontoh, karena cara yang dilakukannya adalah cara yang ‘halal’, bukan dengan cara main hakim sendiri.

Semoga para yustisiabel (pencari keadilan) di Indonesia tak hanya menonton film-film ini, tetapi juga bisa memilah-milah contoh baik yang bisa digunakan terhadap kasus yang mereka alami.

Tags:

Berita Terkait