Kejanggalan Bukti CCTV Versi Ahli Digital Forensik dari Kubu Jessica
Berita

Kejanggalan Bukti CCTV Versi Ahli Digital Forensik dari Kubu Jessica

Ahli digital forensik mengindikasikan video di manipulasi atau direkayasa.

Fitri N Heriani
Bacaan 2 Menit
Persoalan original video, Rismon menegaskan bahwa rekaman CCTV yang identik dan original dapat disimpan pada flash disk atau hard disk. Artinya, video yang terdapat di DVR dan hasil ekstraksi harus memiliki kualitas yang sama. Namun terdapat perbedaan hasil metadata yang ditemukan oleh Rismon. Dalam BAP M. Nuh, lanjut Rismon, dijelaskan bahwa metadata video adalah 1920 x 1080 pixel. Sementara saat dirinya mengamati metadata yang ada pada video 2,3, dan 4, ditemukan metadata 970 x 576 pixel. Ada selisih nilai dari metadata awal yang artinya ada pengurangan dan reduksi atau pengurangan frame pada video.“Artinya gambar atau frame yang didapatkan menjadi lebih kabur akibat pengurangan dari frame artinya file video tidak sama ukuran dengan yang ada di CCTV,” jelas Rismon.Atas data tersebut, Rismon memastikan bahwa video yang ada di dalam CCTV dengan yang ada di dalam flashdisk adalah berbeda. Yang masih sesuai dengan metadata awal hanya pada video 1. Inkonsistensi ini mengindikasikan adanya tindakan manipulasi video dengan adanya pemotongan video.Kejanggalan selanjutnya adalah analisis autentikasi. Dipaparkan Risman, dalam digital forensik dikenal adanya nilai Hz. Data Hz merupakan identitas unik yang dimiliki oleh video yang merepresentasikan data besar dan mengklarifikasi keutuhan dan integritas data. (Baca juga: Jika Siswi SMA Nonton Sidang Pembunuhan Berencana)Data yang dimanipulasi, lanjut Rismon, akan memiliki data yang berbeda. Jika ada penambahan atau pengurangan pixel, maka akan merubah nilai metadata dan nilai Hz. Untuk menguji apakah video masih utuh atau sudah dimanipulasi, cukup dengan membandingkan nilai Hz di CCTV dan flashdisk. Jika terdapat ketidaksesuaian atau perbedaan, maka dipastikan video sudah dimanipulasi.Atas data ini, Rismon menyayangkan jika ahli digital forensik dari JPU tidak melakukan analisis autentifikasi. Padahal perbandingan diperlukan untuk memastikan sebuah video original atau tidak. Bahkan, fungsi Hz md5 dan sh1 yang digunakan oleh ahli digital forensik pihak JPU cukup primitive.
Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait