Jangan Biarkan KPK Meranggas
Kolom

Jangan Biarkan KPK Meranggas

​​​​​​​Rentetan panjang upaya pelemahan KPK kini mulai memperlihatkan hasil nyatanya.

Bacaan 2 Menit

 

KPK yang dalam pertarungan Cicak vs Buaya versi-versi sebelumnya banyak mendapat dukungan publik yang solid, kini nyaris saja dibiarkan luka parah tercabik serangan berbungkus politik identitas dan partisan. Bahkan ketika Penyidik KPK Novel Baswedan rusak matanya karena disiram air keraspun, masih ada sebagian masyarakat yang bukan hanya tidak berempati, tapi bahkan juga aktif menyerang Novel sebagai korban, dan ikut menyebarkan ketidakpercayaan publik atas kasus teror keji tersebut.

 

Untungnya, masih ada gerakan #REFORMASIDIKORUPSI yang memberikan harapan bahwa masih besar dukungan publik dan masih banyak masyarakat yang tak akan tinggal diam melihat KPK sebagai buah hasil reformasi ini dilemahkan. Mahasiwa, pelajar, aktivis, seniman, akademisi, pegawai KPK, dan berbagai elemen masyarakat berbondong-bondong bergerak protes dan menghadang upaya pelemahan KPK ini.

 

Gerakan mahasiswa dan pelajar yang berdemonstrasi di gedung DPR di Jakarta, aksi “Gejayan Memanggil” di Jogjakarta, dan aksi mahasiswa di berbagai daerah, membuka mata publik bahwa desakan untuk menyelamatkan KPK masihlah kuat. Sayangnya aksi ini masih diwarnai dengan tindakan represif dari aparat. Komnas HAM mencatat bahwa ada 1489 orang ditangkap, 15 orang jurnalis menjadi korban kekerasan, dan ada 5 orang meninggal dunia. Semua ini harus jadi duka bersama, dan perlu dituntaskan pengusutannya.

 

Patah Tumbuh, atau Hilang Berganti?

Sejarah lembaga anti-korupsi di Indonesia menunjukkan pola berulang patah-tumbuh hilang-berganti. Mulai dari lembaga antikorupsi di era Orde Lama seperti Badan Pengawas Kegiatan Aparatur Negara (Bapekan), atau Panitia Retooling Aparatur Negara (Paran), sampai dengan lembaga di era Reformasi seperti Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TGTPK), semua redup dalam waktu yang relatif singkat.

 

Sampai berusia enam belas tahun kini, KPK merupakan lembaga anti-korupsi berusia terpanjang dalam sejarah republik ini. Salah satu resep rahasia umur panjang KPK adalah: dukungan publik.

 

Harapan kepada KPK terlalu mahal dan berharga untuk ditinggalkan begitu saja. Perlu juga diingat, bahwa ada lebih dari seribu orang bekerja di KPK untuk pemberantasan korupsi di negeri ini, dan sebagian besar dari mereka masih ingin melihat KPK yang kuat dan bisa bekerja efektif. Dari sisi internal, mereka lah harapan publik untuk jadi garda terdepan melawan serangan ke KPK yang terlanjur merangsek ke dalam.

 

Justru di hari-hari ke depan inilah, dukungan publik kepada KPK semakin dibutuhkan. Dukungan publik yang dibutuhkan saat ini adalah berupa pengawasan dan desakan untuk perubahan. Publik perlu kritis ketika melihat apapun kejanggalan yang terjadi dalam kerja-kerja KPK ke depan. Publik perlu mempertanyakan fakta sebenarnya, bila terlihat ada usaha mengaburkannya, dan perlu menolak keras bila ada upaya menormalkan ketidakwajaran di KPK.

Tags:

Berita Terkait