Jalan Mr. Latuharhary, Mengenang Tokoh Hukum dari Saparua
Edisi Khusus:

Jalan Mr. Latuharhary, Mengenang Tokoh Hukum dari Saparua

Mr Latuharhary adalah salah seorang dari sedikit tokoh pergerakan kemerdekaan asal Maluku yang berlatar belakang hukum. Aktif di BPUPKI dan PPKI. Menjadi Gubernur Maluku yang pertama.

Mys/Fat/Sam
Bacaan 2 Menit

 

Lulusan Leiden

Nama lengkapnya Johannes Latuharhary. Lahir di Saparua 6 Juli 1900, Johannes Latuharhary adalah lulusan Fakultas Hukum Universitas Leiden, Belanda. Ia memperoleh gelar Mesteer in de Rechten pada usia 27 tahun. Pada masa itu memang cukup banyak mahasiswa asal Indonesia yang kuliah hukum di Belanda. Para alumnus Belanda ini punya peran penting menggalang semangat persatuan menjelang kemerdekaan.

 

Dokumen yang dikeluarkan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) menunjukkan semula Latuharhary bersekolah di Jatinegara, Jakarta. Lalu, berlanjut ke ELS di Ambon. Pada tahun 1915 ia menjadi pengajar di Sekolah Rakyat di Saparua. Latuharhary kembali ke Batavia, meneruskan pendidikan di HBS Jakarta dan memperoleh diploma pada 1923.

 

Setahun setelah lulus dari Leiden, Latuharhary bekerja di dunia peradilan di Surabaya, pernah tercatat sebagai Ketua Pengadilan di Kraksaan. Lalu, membuka kantor advokat di Surabaya. Ketika Jepang masuk, Latuharhary menjadi pegawai Naimubu Jakarta dengan gaji yang cukup tinggi untuk ukuran kala itu: f400,20 per bulan. Wah, gajinya sangat tinggi kala itu, puji Sahetapy.

 

Diakui Sahetapy, tidak banyak butir-butir pemikiran Latuharhary bidang hukum yang diwariskan kepada kita. Pemikiran keilmuannya kurang kita ketahui. Yang terkenal pemikiran-pemikiran kebangsaannya, jelas Sahetapy.

 

Latuharhary menikah dengan Henriette Carolina Pattiradjawane. Dari perkawinannya dengan putri Raja Kariu, Jacob Pattiradjawane, itu Latuharhary dikaruniai tiga orang anak, yaitu Henriette Latuharhary (1932), Louise Latuharhary (1936), dan Leonara Latuharhary (1940).

 

Representasi Maluku dan Pemikiran

Nama Latuharhary mencuat pada masa awal kemerdekaan bersamaan dengan upaya tokoh-tokoh nasional membuat suatu perkumpulan yang representatif. Latuharhary dianggap mewakili Maluku, meskipun selama perjuangan ia banyak berkiprah dari Subaraya.

 

Pada 1928, Latuharhary menjabat sebagai Ketua Serikat Ambon. Di Surabaya, ia menjabat sebagai Sekretaris Permufakatan Perkumpulan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Periode 1932-1942 ia menjadi anggota Dewan Provinsi Jawa Timur. Sejak 1940, Latuharhary menjadi pengurus Partai Indonesia Raya (Parindra) di Malang.

Tags: