Ingin Jadi Peneliti Hukum? Simak Kiat-Kiatnya!
Terbaru

Ingin Jadi Peneliti Hukum? Simak Kiat-Kiatnya!

Mulai dari banyak membaca dan memperkaya diri dengan pengetahuan, up-to-date dengan isu yang berkembang di masyarakat, peka terhadap berbagai aspek bidang lain selain hukum, serta mengasah kemampuan dapat memberi rekomendasi yang practical.

Ferinda K Fachri
Bacaan 4 Menit

Meski menurut Dilo, tidak ada jenjang karier rigid bagi peneliti hukum secara general yang tersebar di berbagai institusi atau organisasi nasional hingga internasional. Biasanya, pembeda dan wujud senioritas seorang peneliti akan nampak dari riwayat menulis dan pengalaman yang dimiliki. Hal itu akan berimplikasi terhadap kompensasi dan benefit yang diterima peneliti bersangkutan.

Sebagai seorang alumnus Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Dilo bercerita mulanya tidak memiliki niatan untuk menjadi seorang peneliti hukum. Sebab, dari lingkungan perkuliahan kala itu memang mendorongnya untuk menjadi seorang corporate lawyer. Bahkan setelah lulus, ia sempat tergabung dengan suatu firma hukum dan pernah pula bekerja di pemerintahan. Tetapi keinginannya menjadi peneliti perlahan timbul seiring dengan dilibatkannya Dilo oleh mentornya dalam penelitian terkait human trafficking.

“Aku berangkat jadi peneliti karena aku ingin terus mengawal issue yang aku interested. Aku mikirnya gak ada lagi yang ngerjain, apa lagi di sector ocean ya. Jarang banget. Jadi diikuti dengan rasa ingin tahu, banyak baca. Tapi untuk mahasiswa kampus yang belum terpapar (keinginan untuk menjadi peneliti) ya mulai cari aja, mulai aktivitas luar kampus. Jangan gak peduli, jangan individual, cobain banyak hal (termasuk terlibat dalam penelitian),” sarannya.

Untuk mahasiswa hukum yang memiliki keinginan menggeluti dunia peneliti hukum, ia berpesan supaya lebih banyak memperkaya diri sejak di bangku perkuliahan dengan pengetahuan kondisi sosial di sekitar ataupun topik yang memang disukai. “Rajin baca, karena orang yang pintar nulis adalah orang yang rajin baca,” lanjutnya.

“Kadang ada semacam omongan, ‘peneliti itu terlalu academic’. Ketika dia terlalu academic, rekomendasinya itu tidak practical. Jadi you have to put exposure for yourself untuk jangan terlalu legalistic. Ini untuk peneliti hukum ya. Kalau sudah meneliti itu nanti yang dibutuhkan era sekarang adalah ketika memberi rekomendasi harus yang bisa dipake. Jangan kasih rekomendasi umum. Misalnya, ‘memperbaiki hukum nasional’. Apa yang diperbaiki? Peneliti harus tahu mana yang harus diubah, apa yang harus diubah, seperti apa, menganut prinsip yang mana. Jadi benar-benar comprehensive,” ujarnya mengingatkan.

Peneliti juga harus punya keberpihakan. Jika tidak akan dapat tercermin dari tidak adanya ‘jiwa’ terhadap rekomendasi yang diberikan. Biasanya keberpihakan tersebut akan selaras dengan nilai-nilai yang dianut oleh organsiasi atau institusi seorang peneliti. Bagi Dilo yang merupakan bagian dari IOJI, selalu menyoroti values kesetaraan (equity) dan keadilan (justice). Nilai-nilai tersebut selalu dihadirkan sebagai pisau analisis di IOJI. Terakhir, ia juga mengingatkan mahasiswa hukum yang bercita-cita meniti karier sebagai peneliti untuk aware dengan apa yang terjadi di sekitar.

Tags:

Berita Terkait