Cyberbullying, Pelajaran dari Kasus Amanda Todd
Berita

Cyberbullying, Pelajaran dari Kasus Amanda Todd

Dampak perundungan di dunia siber sangat luas. Jejak digital sulit dihilangkan.

Muhammad Yasin/Norman Edwin Elnizar
Bacaan 2 Menit

 

Amanda pindah sekolah bahkan pindah tempat tinggal untuk menjauhi lingkungan lama yang merundungnya. Ternyata jejak digital terus mengikuti Amanda ke mana saja ia berpindah. Perundungan semakin serius hingga Amanda depresi dan beberapa kali mencoba bunuh diri. Selamat dari upaya bunuh diri, warganet justru semakin ‘ganas’ merundung Amanda. Puncaknya, Amanda benar-benar tewas gantung diri pada akhir tahun 2012. Sebuah rekaman di kanal YouTube berjudul My story: Struggling, bullying, suicide and self-harm menjadi curahan derita yang disampaikan Amanda sebelum mengakhiri hidup.

 

Kisah tragis Amanda menarik perhatian dunia hingga berujung pada investigasi kriminal lintas negara. “Kasusnya sangat viral,” kata Bunga, peneliti Tordillas, alumnus Tilburg University.

 

Dilansir dari The Globe and Mail, otoritas Belanda menangkap seorang warga negaranya bernama Aydin Coban atas dugaan sejumlah pemerasan dan pengancaman lewat internet dengan modus yang sama terhadap Amanda. Para korbannya tersebar di Eropa dan Amerika Serikat baik laki-laki maupun perempuan. Aydin berusia 35 tahun saat ditangkap.

 

Penangkapan pada Januari 2014 itu sekaligus mengaitkan Aydin pada kasus cyberbullying yang dialami Amanda. Aydin didakwa juga sebagai pelaku yang memotret dan menyebarkan pertama kali foto Amanda. Dilansir dari BBC, Aydin dijatuhi hukum 11 tahun penjara oleh pengadilan Belanda pada Maret 2017.

 

Berdasarkan keterangan pengadilan Belanda yang dicatat CBC News, hukuman tersebut adalah yang paling berat bisa dijatuhkan sesuai tuntutan Jaksa. Berdasarkan penelusuran hukumonline, Aydin tidak dijatuhi hukuman berdasarkan dakwaan cyberbullying di Belanda. Namun pada tahun 2016 ia sempat diekstradisi ke Kanada untuk diadili terkait kasus Amanda.

Tags:

Berita Terkait