Hukuman Terhadap Caleg Berijazah Palsu Diskriminatif
Utama

Hukuman Terhadap Caleg Berijazah Palsu Diskriminatif

Undang-Undang Pemilu dan KUHP dinilai bertentangan dalam menerapkan hukuman atas pelaku pemalsuan ijazah. Hukuman untuk caleg berijazah palsu terlalu ringan?

Mys
Bacaan 2 Menit
Hukuman Terhadap Caleg Berijazah Palsu Diskriminatif
Hukumonline

 

Diksriminatif? Pasalnya, untuk tindak pidana yang sama yang dilakukan masyarakat awam bisa dijerat dengan hukuman enam tahun penjara. Pasal 263 KUHP tegas menyebut bahwa barangsiapa pun yang menggunakan surat palsu untuk tujuan tertentu bisa dikenai hukuman tersebut.

 

Dalam surat bersifat rahasia ke Polda Metro Jaya pada 4 Maret 2004, Panwaslu DKI Jakarta juga berpendapat bahwa pada caleg berijazah palsu dapat dijerat dengan pasal 263 ayat (1) dan (2) KUHP, disamping pasal 137 ayat (3), (4) dan (7) Undang-Undang Pemilu.

 

Bahkan menurut Undang-Undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pengguna ijazah palsu dapat dipidana lima tahun penjara atau denda Rp500 juta rupiah (lihat tabel).

 

Tabel

Perbedaan Hukuman atas Pidana Pemalsuan Ijazah

 

Jenis Hukuman

UU Pemilu

KUHP

UU Sisdiknas

Penjara/Kurungan

3 - 18 bulan

6 tahun

5 tahun

Denda

Rp600 ribu – 6 juta

 

Rp500 juta

   Sumber: Pusat Data hukumonline

 

 

Ade Irawan, Divisi Monitoring Pelayanan Umum ICW, punya pendapat yang sama. Diskriminasi hukum yang demikian lebih disebabkan faktor politik. Pembuat undang-undang adalah juga politikus, sehingga akan membuat hukum yang berbeda untuk kalangan mereka sendiri. Aparat hukum sering tidak berani bertindak tegas kalau menyangkut kepentingan politik, ujar Ade.

 

Lantas, kenapa jaksa hanya menggunakan pasal 137 ayat (7) Undang-Undang Pemilu dan mengabaikan sama sekali sanksi pidana dalam KUHP dan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional? Kapuspenkum Kejaksaan Agung Kemas Yahya Rahman mengatakan bahwa penerapan Undang-Undang No. 12/2003 merupakan lex specialis karena hanya dipergunakan untuk kepentingan pemilu.

Manginar Rico Sinaga tak kuasa menahan kekecewaan. Direktur Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pemerintahan Daerah (LP3D) itu mengecam ringannya hukuman yang dijatuhkan pengadilan terhadap para terdakwa caleg yang terbukti memalsukan ijazah. Bayangkan, para pelaku rata-rata hanya diwajibkan membayar denda antara satu hingga tiga juta rupiah atau subsider satu hingga tiga bulan kurungan.

 

Manginar memang menyaksikan sendiri persidangan atas sejumlah caleg DPRD DKI Jakarta yang memalsukan ijazah di PN Jakarta Pusat. Hingga pekan lalu, sudah 8 orang terdakwa yang dihukum dari jumlah 23 orang caleg yang dilaporkan LP3D ke polisi. Sebagian lagi akan diputus pada pekan ini. Toh, Manginar yakin hukuman yang akan dijatuhkan pengadilan tidak akan beranjak dari denda dan kurungan yang sangat ringan.

 

Meskipun kecewa berat, Manginar mengaku tidak bisa berbuat banyak. Sebab, Undang-Undang No. 12/2003 tentang Pemilu yang dipakai jaksa memang menerapkan hukuman ringan, maksimal 18 bulan penjara dan atau denda maksimal 6 juta rupiah. Biarlah, yang penting masalah ini cepat selesai secara hukum, ujar Manginar.

 

Manginar menambahkan bahwa para pelaku akan mendapatkan sanksi sosial yang lebih berat. Paling tidak, impian mereka untuk duduk menjadi wakil rakyat sudah terganjal. Toh, ia tetap menilai hukuman yang dijatuhkan pengadilan terlalu ringan dan diskriminatif.

Tags: