Haris Azhar: Saya lelah tapi senang juga lihat respon publik
Wawancara Khusus

Haris Azhar: Saya lelah tapi senang juga lihat respon publik

Tim redaksi hukumonline.com bisa berbincang secara langsung dengan Haris Azhar, Selasa (9/08). Dalam kesempatan itu Haris membeberkan banyak hal terkait pengakuan Freddy.

Rofiq Hidayat | Ady Thea Dian Achmad
Bacaan 2 Menit

Selama ini Kontras sering memberikan laporan terkait modus mafia narkoba, kemudian tindak lanjutnya kurang memuaskan. Apakah ini menjadi momentum dari KontraS untuk melakukan dobrakan?

Kami memang ada beberapa kasus dan kami buat laporan ke Polisi terutama. Sejumlah kasus yang terkait dengan isu narkoba. Kami sudah tempuh prosedur umum dan responnya minim semua. Hasilnya otomatis juga minim. Jadi yang terakhir dengan kesaksian Freddy ini berbeda dengan kebiasaan yang biasa kami lakukan dengan pengalaman yang kami punya. Dan ini reaksinya ternyata lebih dahsyat. Saya kira ini dari sisi cara bukan dari sisi narkobanya. Jadi ini harusnya menjadi pembelajaran buat institusi negara. Bukan hanya soal bagaimana mereka menjaga supaya tidak bermain, tapi kalau ada laporan-laporan jangan dianggap remeh.

Kenapa saya angkat ke publik dan responnya sangat luar biasa, dugaan saya, apa yang KontraS alami dan publik alami sebelumnya, mereka tahu mereka lapor justru berbalik ke mereka, atau mereka yang menjadi korban. Jadi kami sedang mendefinisikan satu cara baru, dalam memaksa negara dalam mengambil tindakan yang lebih bertanggungjawab, untuk membersihkan oknum-oknum yang berlindung di balik kekuasaanya atau wewenangnya, sehingga mengakibatkan narkoba itu tidak terkoreksi itu dengan baik.

Apa yang menyebabkan anda menceritakan ini ke publik, atau ini cara terakhir?

Kesaksian itu bukan bukti, itu kesaksian dia (Freddy). Jadi gampangnya, pakai pendekatan pasal 184 KUHAP itu bisa masuk kategori petunjuk, dan petunjuk itu bisa apa saja. Jadi kesaksian itu harusnya dikomparasikan dengan sejumlah informasi yang lain. Kenapa baru dirilis 4 jam sebelum dieksekusi, saya punya alasan.

Pertama, ketika saya sudah mendengarkan kesaksian Freddy, saya pelajari profil Freddy. Dia bandit, bandar narkoba atau pemasok narkoba atau pemain tengah yang menghubungkan antara bandar yang mengkondisikan di level pejabat negara dan juga mendistribusikan ke bandar-bandar yang kelasnya lebih kecil. Jadi pemain tengah, saya menduga skill-nya itu. Buktinya dari dalam penjara tidak masalah, dan kehadiran fisik tidak penting, dia bisa mengatur itu semua.

Kedua, setelah mengetahui profil Freddy, saya mengikuti apa yang disampaikan oleh Freddy. Waktu saya untuk mengobrol dengan Freddy ketika itu terbatas. Saya biarkan dia bercerita mengalir. Saat saya berkesempatan untuk bicara, waktu sudah jam 2 siang. Kemudian saya tanya, cerita anda ini pernah ditulis apa belum? ada dimana? terus siapa lagi yang tahu?

Dia bilang, “coba saja bicara dengan kuasa hukum saya, atau cari di pledoi saya.” Dari dua petunjuk itu, begitu saya pulang ke Jakarta, saya coba telusuri pledoinya. Ada anak KontraS yang datang ke Pengadilan Negeri Jakarta Barat (PN Jakbar). Ketika minta pledoinya, tidak diberikan oleh salah satu panitera disana. Tahun 2015 kami telusuri putusan pengadilan lewat website, tapi tidak ada.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait