Harga Tiket Pesawat Saat Ini Diyakini Hasil Predatory Pricing Masa Lalu
Utama

Harga Tiket Pesawat Saat Ini Diyakini Hasil Predatory Pricing Masa Lalu

Era murahnya harga tiket pesawat LCC masa lalu sebagai harga yang predatory, sedangkan tingginya harga tiket pesawat saat ini disebutnya merupakan harga normal.

Hamalatul Qur'ani
Bacaan 2 Menit

 

Padahal harga murah yang ketika itu berlaku, katanya, tak bisa dipertemukan antara variable cost dengan fixed cost-nya. Berkat harga yang begitu murah, akhirnya banyak perusahaan penerbangan merugi. Garuda Indonesia misalnya, yang sudah tiga tahun merugi akibat persaingan harga yang begitu predatory.

 

“Cuma waktu itu KPPU enggak pernah ribut. Semua konsumen menikmati harga murah sekali, sementara maskapai banyak yang merugi,” ujarnya, dalam Seminar bertajuk Polemik Harga Tiket Pesawat dalam Perspektif Hukum, Bisnis dan Investasi, yang diselenggarakn Perhimpunan Advokat Indonesia Dewan Pimpinan Cabang Jakarta Pusat yang didukung Hukumonline, Jumat (9/8).

 

Hukumonline.com

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat memukul gong dalam rangka pembukaan Seminar Nasional dengan tema "Polemik Harga Tiket Pesawat dalam Perspektif Hukum, Bisnis dan Investasi", di Jakarta (9/8).

 

Kendati akibat kenaikan harga tiket mengakibatkan menurunkan angka penumpang pesawat, Ia menyebut belum tentu maskapai merugi, malah lebih profitable. Dari situ bisa dilihat bahwa harga tiket pesawat saat ini justru adalah harga normal, sementara harga lama yang sangat murah adalah harga predatory.

 

“Yang harus kita lakukan mencegah jangan sampai terjadi excessive competition yang bisa membunuh airlines. Justru harga tiket airlines yang begitu rendah mendistorsi modal transportasi lain seperti angkutan darat,” jelasnya.

 

(Baca: KPPU Akan Sidangkan 7 Maskapai Terkait Kartel Harga Tiket)

 

Sepakat dengan Lin, pengamat Dunia Penerbangan, Chappy Hakim juga menyebut transportasi penerbangan memang sepatutnya mahal jika dibandingkan transportasi lainnya. Betapa tidak? Konsumen membeli tiket dengan kurs rupiah, sementara transaksi untuk operating cost pesawat banyak sekali yang menggunakan dolar. Melihat kondisi dolar yang ketika itu terus menguat atas rupiah, wajar saja jika harga tiket pesawat naik.

 

Ditambah lagi, secara strategi pemasaran memang untuk peak season karena begitu tingginya permintaan maka harga juga meningkat. Gabungan kurs dolar yang naik ditambah kondisi peak season momen lebaran itu jelas membuat harga tiket seolah melambung tinggi. Ia juga menyayangkan, justru ketika dulu banyak maskapai banting harga semua pihak seolah membiarkan saja, padahal maskapai banyak merugi.

Tags:

Berita Terkait