Pemerintah Ditagih Keseriusan Tangani Deforestasi
Berita

Pemerintah Ditagih Keseriusan Tangani Deforestasi

Pemerintah tak serius masyarakat adat terancam terhapus.

Inu
Bacaan 2 Menit
Praktik penggundulan hutan oleh perusahaan tambang batu bara dan perkebunan kelapa sawit. Foto: SGP/Hol
Praktik penggundulan hutan oleh perusahaan tambang batu bara dan perkebunan kelapa sawit. Foto: SGP/Hol

Pemerintah diminta serius untuk menghentikan praktik penggundulan hutan oleh perusahaan tambang batu bara dan perkebunan kelapa sawit. Penghentian tersebut segera dilakukan karena kepentingan masyarakat telah jauh terabaikan.

 

Juru Kampanye Hutan Telapak, Abu Meridian mengatakan, “Perusahaan-perusahaan tambang batubara dan perkebunan kelapa sawit mesti dihentikan beroperasi, karena telah mengabaikan kepentingan perlindungan hutan dan kehidupan masyarakat adat.”

 

Dia mencontohkan kehancuran kawasan hutan adat Muara Tae, Jempang, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Hasil pengamatan Telapak lalu didokumentasikan dalam sebuah film dan diputar saat pembukaan Forest Festival di Gedung RRI Jakarta, Jumat (25/11).

 

Film tersebut menunjukkan kawasan hutan adat Muara Tae, tempat berdiam masyarakat adat Dayak Benuaq, yang dulu rimbun dan menjadi sumber kehidupan kini hanya jadi hutan sekunder, hamparan akasia, kebun sawit dan lubang-lubang besar menganga galian batubara. Tak hanya kekayaan alam yang terkeruk habis, perusahaan-perusahaan yang datang juga mengabaikan kehidupan masyarakat adat di Muara Tae yang bergantung penuh pada hutan adatnya.

 

Menurut Abu Meridian, keadaan ini ironis karena pada 2011 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencanangkan sebagai Tahun Hutan Internasional. Saat yang hutan adat yang tersisa di Kampung Muara Tae terus dihancurkan untuk kepentingan industri.

 

Meski di ambang batas kehancuran, masyarakat adat di Muara Tae masih terus berupaya keras mempertahankan sisa hutannya. Ancaman penggundulan oleh perusahaan tambang batu bara dan kebun kelapa sawit tak membuat gentar upaya ini.

 

Masyarakat Muara Tae membangun pondok-pondok jaga di dalam hutan, melakukan pemetaan kawasan adat mereka, menginventarisir keanekaragaman hayati serta menyiapkan pembibitan jenis-jenis pohon lokal untuk memperbaiki areal-areal yang dulunya berupa hutan. “Kami membuat pondok jaga agar perusahaan tidak masuk dan merusak wilayah hutan kami. Kami tidak mau pengalaman buruk masa lalu menimpa kami. Sudah banyak tanah kami yang diambil perusahaan tambang batubara dan perusahaan sawit,” kata Petrus Asuy, salah seorang warga masyarakat dari Kampung Muara Tae.

Tags: