Investasi Asing di Bidang Infrastruktur Meningkat
Berita

Investasi Asing di Bidang Infrastruktur Meningkat

Kenaikan FDI terjadi karena semakin tingginya konektivitas antarnegara dan antarpelaku ekonomi.

KAR
Bacaan 2 Menit
Foto: unctad.org
Foto: unctad.org
Perlambatan pertumbuhan ekonomi rupanya tak mempengaruhi arus investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Kenaikan arus investasi asing langsung di Indonesia cukup besar. Pada 2014 lalu, berdasarkan Investment Report 2015 terbitan Konferensi Perdagangan dan Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNCTAD), FDI ke Indonesia meningkat 20 persen hingga AS$23 miliar, berkat naiknya investasi ekuitas secara signifikan.

Menurut laporan tersebut, peningkatan terbesar investasi asing ini ada dalam bidang infrastruktur. Laporan ini juga menyebutkan, perusahaan multinasional merupakan investor utama dalam bidang infrastruktur, dan oleh karenanya berkontribusi dalam meningkatkan konektivas regional. Dengan demikian,  kenaikan FDI ini terjadi karena semakin tingginya konektivitas antarnegara dan antarpelaku ekonomi.

Laporan ini mengungkapkan bahwa investasi internasional dalam bidang infrastruktur telah meningkat, dengan FDI intra-regional sebagai pendorong utama di Asia Timur dan Tenggara. Walapun terdapat penurunan jumlah proyek yang benar-benar baru (greenfield projects), investasi internasional bidang infrastruktur telah mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam dua tahun terakhir.

Pertumbuhan yang fenomenal ini terjadi karena melonjaknya investasi ekuitas yang terkait dengan sejumlah merger dan akuisisi besar lintas batas, seperti pembelian 25% saham A.S. Watson Co. senilai 5,7 miliar dolar oleh Temasek Holdings Singapura.

Sementara itu,Singapura yang selalu menjadi negara tujuan utama investasi asing langsung di Asia Tenggara hanya mengalami kenaikan arus FDIsebesar 4 persen. Lalu Vietnam, yang jadi tujuan utama investasi perusahaan manufaktur hanya meraih peningkatan FDI sebesar 3 persen. Secara umum, arus masuk FDI ke Asia Tenggara memperoleh peningkatan 5% hingga AS$133 miliar.

Kenaikan arus FDI memang banyak terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah di ASEAN. Kebanyakan, sebagaimana yang terjadi di Indonesia, FDI meningkat di sektor infrastruktur. UNCTAD menyebut, hal ini disebabkan keunggulan biaya dan efisiensi. Pemicunya, proyek-proyek besar yang banyak dilaksanakan di negara-negara berpenghasilan rendah tersebut, seperti investasi senilai AS$600 juta oleh Grup Taekwang and Huchems (Korea Selatan) di Myanmar.

Sementara itu, untuk wilayah Asia Timur, World Investment Report 2015 mengemukakan bahwa arus FDI ke Tiongkok mencapai AS$129 miliar. Angka ini hanya naik 4 persen dari tahun 2013. Ini terutama disebabkan oleh peningkatan FDI di sektor jasa, sementara FDI di sektor manufaktur menurun, khususnya pada industri yang sensitif terhadap peningkatan upah buruh.

Arus FDI ke Hong Kong membumbung 39 persen hingga mencapai jumlah tahunan AS$103 miliar. Pertumbuhan fenomenal ini disebabkan melonjaknya investasi ekuitas yang terkait dengan sejumlah merger dan akuisisi besar lintas batas, seperti pembelian 25 persen saham A.S. Watson Co. senilai AS$5,7 miliar oleh Temasek Holdings Singapura.

“World Investment Report 2015 sangat penting dan bernilai, terutama karena agenda pembangunan global PBB akan memasuki fase baru yang sangat penting tahun ini,” ujar Sekretaris-Jenderal PBB Ban Ki-moon, sebagaimana dikutip dari keterangan pers Pusat Informasi PBB, Rabu (24/6).

Lebih lanjut Ki-Moon menyebut, pembangunan global akan memasuki fase baru yang sangat penting tahun ini. Ia mengatakan, laporan investasi itu diterbitkan tepat saat penyelenggaraan Konferensi Internasional Ketiga tentang Pembiayaan Pembangunan di Addis Ababa, Ethiopia. Hal ini menjadi momentum untuk membicarakan lebih serius mengenai pembiayaan pembangunan, terutama di negara-negara berkembang.

Menurut Ki-moon, banyak sekali diskusi terkait pentingnya FDI. Ia menyebut, pembuatan kebijakan investasi internasional harus mulai dipikirkan oleh semua pemerintah untuk meningkatkan investasi. Selain itu, tata pelaksanaan fiskal untuk pelaksanaan agenda pembangunan yang baru dan kemajuan juga harus disiapkan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan di masa mendatang.

“Dalam beberapa waktu terakhir, inisiatif baru pada tingkat nasional, regional, dan internasional semakin meningkatkan prospek pengembangan investasi dan konektivitas infrastruktur di seluruh Asia Tenggara–serta daerah yang lebih luas lagi,” pungkasnya.
Tags:

Berita Terkait