Yustisiabel Tentukan (Juga) Tegaknya Hukum
Edisi Akhir Tahun 2011:

Yustisiabel Tentukan (Juga) Tegaknya Hukum

Kelebihan seorang yustisiabel biasanya terletak pada kegigihan berjuang. Hal ini berbeda dengan penegak hukum seperti polisi, jaksa, hakim, dan advokat yang bertindak dalam konteks profesi.

Rzk
Bacaan 2 Menit

 

Anda tentunya kenal sosok Suciwati. Perempuan paruh baya, yang publik sama sekali tidak tahu sebelum suaminya, aktivis HAM Munir meninggal secara tragis dalam perjalanan menuju negeri Belanda. Banyak kalangan, termasuk Suciwati sendiri meyakini kematian Munir tidak wajar. Mereka berpikir Munir tidak mati tetapi dimatikan. Kini, setelah hampir tujuh tahun, kematian Munir mulai terkuak sedikit demi sedikit. Beberapa orang bahkan telah divonis bersalah. Semuanya ini sulit dipungkiri adalah buah kegigihan Suciwati, seorang istri yang menuntut keadilan atas kematian suami tercintanya.

 

Lalu, ada lagi sosok Kho Seng Seng. Seorang pedagang di Mangga Dua yang beberapa tahun belakangan ini ‘terpaksa’ berurusan dengan proses hukum terkait sengketa penghuni dan penyewa apartemen dan pusat pertokoan Mangga Dua dengan pihak pengelola. Awalnya hanyalah sebuah surat pembaca keluhan Kho Seng Seng di sebuah media yang kemudian merembet menjadi permasalahan hukum perdata dan pidana.

 

Suciwati dan Kho Seng Seng adalah dua contoh sosok yang konsisten berjuang mencari keadilan. Di luar dua nama ini, masih banyak lagi yustisiabel-yustisiabel yang lain. Secara sederhana, fenomena yustisiabel adalah konsekuensi logis dari akses keadilan (access to justice) yang tidak berfungsi yang biasanya direpresentasikan oleh performa lembaga peradilan. Yang menarik, seorang yustisiabel biasanya orang yang awam hukum. 

 

Secara konsep, keadilan memang bersifat relatif, dan putusan pengadilan tentunya tidak bisa memuaskan semua pihak. Laiknya sebuah pertandingan, pasti ada pihak yang kalah dan menang. Namun begitu, rasa ketidakpuasan satu pihak seyogianya dapat dijadikan alasan logis untuk menelusuri apakah suatu proses hukum sudah berjalan semestinya atau tidak. Penelusuran itu tentunya tidak hanya berdasarkan perasaan seseorang semata, diperlukan faktor-faktor objektif lainnya seperti alat bukti, keterangan saksi, dan lain-lain.  

 

Menyambut pergantian tahun 2011 ke 2012, redaksi hukumonline menyajikan tulisan berseri dengan tema yustisiabel. Sebagian besar tulisan akan mengangkat profil individu-individu tertentu yang menurut hukumonline layak dikategorikan sebagai yustisiabel. Sangat mungkin, anda tidak setuju dengan sosok yustisiabel pilihan hukumonline. Atau sangat mungkin pula, anda berpikir jumlah yustisiabel yang disajikan tulisan-tulisan hukumonline seharusnya lebih banyak.

 

Seperti halnya putusan pengadilan, keputusan hukumonline memilih sosok tertentu sebagai yustisiabel dengan jumlah tertentu tentunya sangat mustahil dapat memuaskan seluruh pembaca. Kami dengan kacamata hukumonline hanya bermaksud menangkap fenomena yang menarik di negeri ini. Hukumonline sama sekali tidak memiliki niat untuk mempopulerkan sosok-sosok tertentu. Sekali lagi, mereka hanyalah simbol dari kegigihan pencari keadilan. Keberadaan mereka adalah pertanda bahwa access to justice di negeri ini masih bermasalah. Suatu ironi di negeri yang mengklaim sebagai Rechtsstaats.

 

Selamat membaca dan selamat menyambut Tahun Baru 2012.

Tags:

Berita Terkait