Yayasan Lontar Ingin Wujudkan Harapan Mendiang Gregory Churchill Lestarikan Wayang
Terbaru

Yayasan Lontar Ingin Wujudkan Harapan Mendiang Gregory Churchill Lestarikan Wayang

Rangkaian acara ini terdiri dari Pertunjukan Wayang Golek Cepak; diskusi bertajuk “A Lasting Legacy: Tantangan Preservasi Wayang di Masa Depan”; dan pemutaran film dokumenter berjudul Semar Mesem dari Amerika.

Ferinda K Fachri
Bacaan 2 Menit
Narasumber diskusi bertajuk 'A Lasting Legacy: Tantangan Preservasi Wayang di Masa Depan', Minggu (4/12/2022) kemarin. Foto: Istimewa
Narasumber diskusi bertajuk 'A Lasting Legacy: Tantangan Preservasi Wayang di Masa Depan', Minggu (4/12/2022) kemarin. Foto: Istimewa

Mendiang Gregory Churchill (1947-2022) merupakan seorang ahli hukum yang semasa hidupnya telah memberikan kontribusi besar terhadap reformasi hukum di Indonesia. Dalam rangka mengenang kepergiannya, Yayasan Lontar menginisiasi acara bertajuk “A Lasting Legacy: The Smiling Semar from America”. Hal tersebut dilakukan mengingat besarnya kecintaan mendiang yuris itu terhadap seni wayang Indonesia.

Sampai-sampai disebutkan, Greg memiliki tidak kurang dari 8.000 wayang berbagai jenis yang berasal dari beragam daerah di Indonesia. Koleksi almarhum disimpan dengan apik dalam kediamannya di Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Terdapat sejumlah rangkaian acara yang sukses dilaksanakan oleh Yayasan Lontar.

Mulai dari Pertunjukan Wayang Golek Cepak dengan dalang Ki Warsad dari Indramayu, Jawa Barat; diskusi bertajuk “A Lasting Legacy: Tantangan Preservasi Wayang di Masa Depan”; dan pemutaran film dokumenter berjudul Semar Mesem dari Amerika (The Smiling Semar from America) dengan Eva Tobing sebagai Sutradara di bawah supervisi John H. McGlynn dari Lontar. Bertempat di Salihara Community Arts Center, Jakarta Selatan, kegiatan tersebut telah digelar pada Minggu (4/12/2022) kemarin.

“Saya mengenal Greg sejak tahun 1976 di Jakarta, dan sangat paham mengenai kecintaan Greg terhadap wayang dan kebudayaan Indonesia. Salah satu cita-cita Greg ialah ia sangat ingin koleksi-koleksi wayangnya dimasukkan ke dalam sebuah museum khusus wayang, yang dijaga dengan baik oleh pemerintah, serta dapat dilihat oleh masyarakat luas,” ujar Sahabat Gref, John H. McGlynn sebagaimana dikutip dari rilis yang diterima Hukumonline, Kamis (8/12/2022).

Baca Juga:

Meski mulia impian yang dimiliki oleh Greg, tapi cita-cita itu belum kunjung terwujud sampai almarhum berpulang, padahal berbagai jalan telah ditempuh. Oleh karena itu, melalui penyelenggaraan acara yang diinisiasi Yayasan Lontar diharapkan dapat kembali mewujudkan impian mendiang Greg. Di samping, untuk semakin melestarikan wayang maupun benda seni lainnya yang ada di Indonesia.

John menerangkan penggunaan Wayang yang dimainkan Ki Warsad yakni Wayang Golek Cepak ialah salah satu wayang golek yang sampai saat ini masih bertahan di Indramayu. Dapat eksis meski di tengah hiruk pikuk hiburan modern yang kian mencuri perhatian kalangan para pemuda dan pemudi.

“Kalau film dokumenter Semar Mesem dari Amerika (The Smiling Semar from America) berisi kenangan dan napak tilas terhadap karier Greg dan kecintaannya pada wayang Indonesia, dengan testimoni dari keluarganya di Amerika Serikat dan Indonesia,” ungkap teman lama mendiang Greg itu.

Sebagai informasi, dalam diskusi itu mengundang sejumlah pembicara dari berbagai lapisan. Beberapa diantaranya Seniman yang juga merupakan Aktivis Sosial yakni Dolorosa Sinaga, Sri Kusumawati selaku Kepala Unit Pengelola Museum Seni Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Mathew Isaac Cohen yang merupakan Akademisi dan Pemerhati Wayang dari University of Connecticut dengan dimoderatori oleh seorang Kurator, Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Jakarta, Farah Wardhani.

Terdapat sejumlah isu yang diangkat pada diskusi itu. Seperti perihal upaya pelestarian wayang yang berjalan menghadapi masalah-masalah yang terjadi, dan sampai sejauh mana upaya promosi wayang Indonesia di dunia luar selama ini.

Tags:

Berita Terkait