Wapres Prihatin HKI Indonesia
Berita

Wapres Prihatin HKI Indonesia

Bukti perkembangan ekonomi belum bertumpu pada inovasi dan kreativitas.

Red
Bacaan 2 Menit
Wakil Presiden Boediono (kanan) bersama Presiden SBY (kiri). Foto: Sgp
Wakil Presiden Boediono (kanan) bersama Presiden SBY (kiri). Foto: Sgp

Wakil Presiden Boediono merasa prihatin dengan rendahnya jumlah hak paten yang didaftarkan Indonesia. Sepanjang 2009 hanya enam dan sangat kecil dibanding paten yang dicatat oleh negara-negara dengan ekonomi terbesar di dunia (G-20), seperti Turki, Afrika Selatan atau India. Apalagi bila dibandingkan dengan Jepang yang memiliki 224.795 paten pada tahun yang sama, atau Amerika Serikat sebesar 135.193 yang berada di posisi kedua terbesar di duna.

Boediono sampaikan dari seluruh anggota G-20, Indonesia berada pada peringkat 20. Fakta ini, menurut Boediono tidak harus disesalkan, namun membuat kita sadar dan mengejar ketertinggalan.

“Kita harus menyatukan langkah dan mengupayakan bagaimana agar kekayaan intelektual kita bisa segera didaftarkan, secepat mungkin kita tingkatkan,” kata  Boediono saat memberikan sambutan pada hari peringatan Hari Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (8/5) seperti dikutip dari situs Sekretariat Kabinet. 

Boediono menunjuk pada data tahun 2010, Indonesia menempati posisi terendah yakni 15 paten dan 1.575 merk dagang. Baru dalam kategori desain industri (industrial design) sebanyak 3.977, menjadikan Indonesia lebih maju daripada dua negara tetangga, yakni Filipina (451) dan Thailand (3.901).

Boediono lalu menunjuk pada kategori merk dagang dimana di Cina jumlahnya mencapai 1.279.423 pada 2010. “Kehidupan manufacturing di sana luar biasa,” katanya memuji.

Melihat capaian Indonesia yang rendah, kata Boediono, maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi, belum lagi bersumber kepada inovasi dan kreativitas melainkan melulu bertumpu pada sumber daya alam. Sebagai negeri yang dilimpahi banyak kekayaan alam, Indonesia ternyata masih sangat beruntung karena perekonomiannya bisa bersandar pada pemanfaatan sumber daya alam. Tapi ia mengingatkan, hal itu tak akan berlangsung lama.

“Sumber daya alam berlimpah cenderung membuat manusianya santai, kalau tidak bisa dikatakan malas. Mereka hanya mengandalkan pada menjual apa yang dimiliki, tapi tidak bisa mencipta apa yang tidak dimiliki atau tidak ada. Jadinya sekedar rent-seeking, bukan menciptakan nilai tambah,” kata Boediono.

Menurutnya, Indonesia punya banyak pekerjaan rumah untuk mengubah motor pertumbuhan ekonomi dari investasi di bidang sumber daya alam, menuju investasi yang bertumpu pada inovasi dan kreativitas.

“Sumber daya alam akan habis, bensin untuk motor kita akan habis. Kalau sudah habis, lalu apa? Kita harus memberikan modal pada generasi muda untuk bisa maju tanpa mengandalkan pada sumber daya alam. Ini juga signal bagi generasi kita, agar sumber daya alam jangan dihabiskan. Terlebih lagi, jangan dirusak. Dipakai normal saja habis, apalagi dirusak,” ujar Boediono.

Dia mengusulkan agar peningkatan HAKI dilihat dari perspektif luas. Disarankan untuk ada perbaikan dari hulu sampai hilir. Mulai dari sistem hukum yang mendukung pencatatan paten, lalu mendidik anak-anak menjadi kreatif, merangsang para inventor untuk membuat karya dan menumbuhkan para pengusaha yang akan menjadikan karya sebagai kenyataan.

“Dalam konteks negara juga apakah diperlukan subsidi, fasilitas perpajakan dan sebagainya. Ini semua dalam rangka prestasi kita dalam mendorong peningkatan kekayaan intelektual,” kata Boediono.

Pada kesempatan itu, Boediono memberikan penghargaan pada sejumlah inventor seperti Sidik, seorang profesor penemu obat herbal penghilang sakit. Juga pada sejumlah inventor lain, seperti Oscar Riandi, penemu piranti lunak yang mengubah ucapan menjadi tulisan.

Juga pada Tim Gatot Kaca pemenang Microsoft Imagine Club gabungan dari mahasiswa ITB dan Telkom Bandung. Pada Institut Pertanian Bogor sebagai kampus yang mencatat paten terbanyak – sebanyak 77 permohonan dalam lima tahun.

Pencipta dan penyanyi balada Ebiet G Ade, Hendy Setiono (pengusaha inovatif dan pemilik jaringan Kebab Turki Baba Rafi. Irwan Hidayat,  pengusaha inovatif pemilik PT Sido Muncul, almarhum Sosrodjojo, pengusaha inovatif pemilik perusahaan Teh Botol.

PT Paphros Tbk sebagai perusahaan inovator pengguna piranti lunak 100 persen asal Indonesia. Kepada Jaya Suprana pemilik HAKI tertua yang sukses, Ari Ginanjar Agustiar  untuk kategori pelopor motivasi, Andrea Hirata untuk ketegori pelopor motivator. Juga pada tim pembuat film The Raid, film laga produksi Indonesia yang mempopulerkan bela diri pencak silat ke dunia (inovator ekonomi kreatif). Terpilih sebagai Duta HAKI adalah penyanyi Agnes Monica.

Pada saat sama, Menkumham Amir Syamsudin menandatangani perjanjian dengan Kementerian Koperasi tentang kerjasama peningkatan pemahaman HAKI di kalangan usaha kecil dan menengah. Lalu perjanjian dengan Kementerian Perindustrian tentang akselerasi pemahaman dan sistem HAKI dan pelanggaran HAKI pada sektor industri. Kemudian perjanjian dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga tentang peningkatan dan pemahaman HAKI di bidang kepemudaan dan olahraga. 

Tags:

Berita Terkait