Jimly juga berharap agar para mahasiswa yang akan bertanding di Washington bisa diandalkan untuk tingkat Internasional. Coba lihat perdebatannya tadi, itu tidak kalah dengan Phd, ujarnya bangga. Selain itu, dia juga berharap agar mahasiswa yang berprestasi ini juga dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.
Otto Cornelius Kaligis yang turut hadir dalam pertandingan merasa turut bangga kepada mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang berbakat dalam bidang hukum internasional dan bisa berbicara di international tribunal. Kalligis yakin jika kemampuan dari mahasiswa ini dipupuk terus-menerus maka mereka akan bisa bicara di dunia internasional.
Terkendala Akses Informasi
Di sela-sela kesibukannya mempersiapkan pertandingan, Rhea mengaku sangat puas dengan hasil acara ini karena ada peningkatan peserta setiap tahunnya. Yang lebih menggembirakan peserta yang baru selalu dari luar Pulau Jawa, ujarnya sambil tersenyum.
Meski demikian, Rhea menyayangkan kualitas para peserta yang tidak sebanding dengan bertambahnya jumlah peserta tiap tahunnya. Dalam catatannya, PT yang masuk semi final atau menang selalu berasal dari Jakarta atau Bandung. Yang menang biasanya selalu itu-itu saja, tandasnya.
Kendala Kurikulum Hukum Internasional menurut Rhea ditengarai menjadi hambatan bagi PT yang berada di luar Pulau Jawa. Ini terlihat dari berkas yang mereka masukin ke panitia, ujarnya.
Rhea menilai, dosen dan mahasiswa hukum di luar Pulau Jawa ternyata lebih sulit dalam mengakses informasi Hukum Internasional. Alasannya, umumnya para dosen dan mahasiswa di luar Pulau Jawa tidak mempunyai relasi dan akses internet yang lebih baik dari rekan-rekannya di Pulau Jawa.