Sebagai seorang pengacara muda, Tracy mengakui, ia memiliki privilege yang sangat besar. Selain itu, profesinya juga memberikannya exposure terhadap fakta perkembangan masyarakat, baik dari sisi ekonomi, infrastruktur (fisik dan sosial), maupun pendidikan. Tracy merasa bahwa kontribusi sekecil apa pun dapat memberikan dampak yang besar. Oleh karenanya, ia selalu aktif terlibat dalam kegiatan pelayanan di gereja, kegiatan-kegiatan konseling dan self-development, serta aktif membantu yayasan sosial. Tracy menambahkan, “saya bersyukur AHP sangat suportif mengenai passion saya yang satu ini. Mereka memberikan saya fleksibilitas dalam hal jam kerja dan tempat kerja, jadi saya punya waktu lebih untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial di luar kantor.”
Bagaimana Tracy memandang peran perempuan di dunia hukum? Tracy mengungkapkan, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh para perempuan di semua bidang profesi adalah work life balance. Sangat disayangkan, banyak orang berpendapat bahwa seorang pengacara perempuan yang sukses pasti tidak berkeluarga atau bukan seorang istri yang baik.
“Padahal, kenapa kita tidak bisa menjadi keduanya?” Tracy melanjutkan.
Soal idola, Tracy mengatakan dengan mantap—ibu yang jadi inspirasinya. Kendati berkarier, ibunya tetap bisa menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya. “Dari Mama, saya melihat sendiri bagaimana perempuan bisa memainkan kedua peran yang berbeda tersebut dengan bermakna,” tuturnya.
Tracy juga berpendapat, dengan perkembangan zaman, firma hukum harus menyediakan lingkungan dan kebijakan kerja yang female friendly. “Selain itu, kita sebagai pengacara perempuan juga harus berani mengutarakan kebutuhan kita dan menuntut perubahan sistem yang sudah ada untuk membantu memaksimalkan potensi diri,” ujarnya seraya menutup pembicaraan.
Artikel ini merupakan kerja sama dengan firma hukum yang tercatat sebagai pelanggan profesional Hukumonline dalam Program NexGen Lawyers 2019. |