Tiga Kandidat Dekan FHUI Menyatakan Siap Kalah
Berita

Tiga Kandidat Dekan FHUI Menyatakan Siap Kalah

Tiga dari lima kandidat dekan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) dari awal menyatakan siap kalah dalam seleksi pemilihan dekan. Sayangnya, meski program yang dipaparkan menjanjikan, toh kunci penentuan dekan FHUI tetap ada di tangan rektor.

Leo
Bacaan 2 Menit
Tiga Kandidat Dekan FHUI Menyatakan Siap Kalah
Hukumonline

 

Isyarat serupa juga datang dari Hikmahanto. Ia menegaskan, seandainya tak terpilih, ia akan mencurahkan kembali ke ‘pekerjaannya' semula: mengajar, menulis dan meneliti. Profesor hukum internasional yang baru berusia 38 tahun ini menyatakan pada awalnya ia enggan untuk mencalonkan diri. Tapi, karena desakan rekan-rekannya yang merasa Hikmahanto dapat membawa FHUI ke arah yang lebih baik, ia akhirnya mendaftar menjadi calon dekan.

 

Kandidat lain,  Agus Purwadianto, justru melontarkan pernyataan menggelitik. Ia memosisikan dirinya sebagai Hamzah Haz, kandidat presiden pada pemilu lalu yang mendapat suara terendah. Kalau nggak ada Hamzah Haz nggak lucu juga, cetus mantan Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini. Namun, Agus yang baru memperoleh gelar sarjana hukum dari FHUI pada program extension tahun 2000 lalu, menandaskan dirinya merasa bangga bisa mencalonkan diri sebagai kandidat FHUI.

 

Pendidikan hukum berkelanjutan

 

Dalam pemaparannya, ketiga kandidat ini menekankan pentingnya persoalan spesialisasi dan pendidikan hukum berkelanjutan (continuing legal education). Menurut Erman, saat ini tak kurang ada 70 undang-undang dan Rancangan Undang-Undang (RUU) yang perlu dicermati oleh praktisi hukum. Salah satunya adalah Undang-undang Anti Money Laundering.

 

Sayangnya, kata Erman, meski pihak program pasca sarjana berencana menggelar lima kali seminar lewat teleconference, hanya dua yang teralisir. Sisanya gagal lantaran kurang peminat. Kalau di Amerika, continuing legal education itu diadakan oleh America Bar Association dan praktisi hukum di sana wajib ikut, kata Wakil Sekretais Kabinet ini.

 

Hal senada disampaikan oleh Hikmahanto. Seandainya terpilih menjadi dekan, ia berjanji akan membuka program keadvokatan. Ia menilai lulusan fakultas hukum tetap perlu menempuh pendidikan keadvokatan. Pasalnya, pendidikan hukum di Indonesia lebih beroirentasi akademis ketimbang profesi.

 

Sementara itu, Agus yang dibesarkan di lingkungan fakultas kedokteran, justru tak asing dengan program spesialisasi. Baginya, pendidikan hukum akan mengalami stagnasi bila tidak dikembangkan spesialiasasi. Ia melihat, hukum ekonomi adalah adalah satu spesialisasi yang menarik untuk dikembangkan. Namun, pria yang memperoleh gelar doktornya di bidang filsafat menegaskan, meski nanti spesialis di fakultas hukum terus bekembang, ia menyarankan agar ilmu hukum yang sifatnya umum jangan lantas dilupakan.

 

Usai acara, beberapa alumni tampak kasak-kusuk membicarakan program-program yang dipaparkan ketiga kandidat. Sebagian tampak terkesan dengan pemaparan tersebut. Namun, mereka menyayangkan keputusan siapa yang menjadi dekan, ada di tangan rektor. Sebagus apapun program yang kandidat susun, rektor tetap menjadi penentu.

 

Perlu disampaikan, berdasarkan informasi yang hukumonline peroleh, proses seleksi terhadap kandidat dekan FHUI memang tengah berlangsung. Lima kandidat ini adalah mereka yang mengambil dan mengembalikan formulir pendaftaran untuk menjadi dekan di FHUI.

 

Selanjutnya, panitia seleksi yang terdiri dari 10 orang, akan mewawancarai kelima kandidat ini. Hasil wawancara akan dituangkan dalam bentuk skor. Tiga kandidat yang memperoleh skor tertinggi akan maju ke tahap akhir, yaitu wawancara dengan Rektor Universitas Indonesia. Rektor selanjutnya akan menentukan dengan kandidat mana dia akan bisa bekerja sama. Otomatis kandidat tersebut akan diangkat menjadi dekan FHUI untuk empat tahun ke depan.

Ruangan di Financial Club, Graha Niaga, Jakarta, semalam (12/7) menjadi ajang pemaparan program dari tiga dari lima kandidat dekan FHUI. Prof. Erman Radjagukguk, Prof. Hikmahanto Juwana dan dr. Agus Purwadianto, SH mendapat kesempatan untuk mempresentasikan program yang mereka susun di hadapan Ikatan Alumni (Iluni) FHUI. Dua kandidat lain, Viktor Purba dan Syafri Nugraha berhalangan hadir di acara ini.

 

Selain memaparkan program, ketiga kandidat tak lupa menyelipkan pernyataan bahwa mereka siap tereleminasi. Pemilihan dekan cuma exercise saja. Sebelumnya saya sudah memimpin program pasca sarjana dan bisa dinilai kinerjanya. Menang nggak apa-apa, kalah nggak apa-apa, kata Erman merendah.

Halaman Selanjutnya:
Tags: