Tak Sekadar Mengobati, ARMA Law Soroti Peran Penting External Counsel dalam Upaya Mitigasi
Terbaru

Tak Sekadar Mengobati, ARMA Law Soroti Peran Penting External Counsel dalam Upaya Mitigasi

Pemahaman mendalam atas situasi yang terjadi di perusahaan (manajemen) dapat menjadi tonggak awal untuk memberikan nasihat hukum secara akurat dan komprehensif.

Tim Publikasi Hukumonline
Bacaan 4 Menit
Managing Partner ARMA Law, Dewi Sekar Arum. Foto: Kreatif.
Managing Partner ARMA Law, Dewi Sekar Arum. Foto: Kreatif.

Di tengah kesibukan in-house counsel dalam keseharian korporasi, ada kasus-kasus spesifik atau justru ‘grey area’ yang butuh sentuhan external counsel.  Managing Partner ARMA Law, Dewi Sekar Arum menjelaskan, pada situasi tersebut, second opinion dari external counsel atau lawyers dibutuhkan demi memastikan keamanan suatu rencana korporasi.

 

Selain jam terbang dan kapabilitas dalam berkolaborasi, mutual understanding juga menjadi pertimbangan tersendiri in-house counsel ketika menunjuk lawyer eksternal. Ketepatan nasihat hukum memang penting, tetapi, hal ini kadang terkendala time frame yang ketat. Menurut Arum, di sinilah lawyer harus mampu untuk gesit, fleksibel, tanpa meniadakan atau justru mengada-ada tahapan pembuatan nasihat hukum.

 

“Saya yakin, lawyers di Indonesia ini berkualitas. Namun, bagaimana caranya agar sebuah kantor hukum dan lawyers bisa terlihat menonjol? Kadang kala itu juga tergantung pada chemistry dan bagaimana kami merancang output yang dapat memberikan gambaran secara menyeluruh, sekaligus membantu in-house counsel menyajikannya secara cepat. Kami cukup fleksibel dalam hal itu,” kata Arum.

 

Memasuki tahun kelima, besar upaya ARMA Law untuk membangun kantor hukumnya secara berkelanjutan. Arum lantas mengibaratkan lawyer sebagai dokter. Ke mana pun pergi, yang dicari adalah dokternya; bukan klinik atau rumah sakit. Nah, salah satu modal untuk membangun kantor hukum, yaitu kepercayaan klien. Adapun pemahaman mendalam atas situasi yang terjadi di perusahaan (manajemen) dapat menjadi tonggak awal untuk memberikan nasihat hukum secara akurat dan komprehensif.

 

“Kami ingin tahun-tahun ke depan ARMA Law tetap ada, itu sebabnya kami membentuk sistem dan standarisasi kualitas. Kami ingin membangun legacy, tanpa sepenuhnya harus bergantung pada nama atau figur,” Arum menambahkan.

 

Di pengujung Oktober 2023, Hukumonline telah menuntaskan rangkaian acara Hukumonline’s In-House Counsel Choice 2023. Pada perhelatan tersebut, Hukumonline meminta perusahaan dari beragam sektor industri dan latar belakang untuk menjadi responden dan merekomendasikan lawyer maupun law firm berdasarkan sejumlah aspek seperti kompetensi, responsif dan andal, solusi yang tepat dan komprehensif, harga kompetitif, pemahaman akan karakter bisnis, serta pengetahuan dan pengalaman yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.   

 

ARMA Law merupakan salah satu dari 77 nama kantor hukum yang direkomendasikan. Rekomendasi ini berasal dari riwayat hubungan kerja sama antara tim legal perusahaan dengan kantor hukum (maupun lawyer) selama satu tahun terakhir. Sementara itu, Dewi Sekar Arum, Rudi Bachtiar, dan Merari Sabati—menjadi tiga dari 135 lawyers yang masuk dalam kategori Recommended Lawyers: Hukumonline's In-House Counsel Choice 2023.

 

“Merupakan suatu kebanggaan bagi kami, apalagi melihat list yang direkomendasikan (in-house counsel maupun lawyer) memang benar-benar orang yang punya kapasitas. Event tersebut juga memperluas network, karena kami dapat bertemu teman lama, calon klien, bahkan pihak-pihak di luar industri dengan cara yang sangat menyenangkan. Semoga tahun depan dapat bertemu di acara yang sama,” ujar Arum.

 

Mitigasi Lebih Penting daripada Mengobati

Dalam memberikan jasa hukum, ARMA Law memiliki tiga komitmen: practicable, precise, dan efficient legal solution. Ketiga komitmen tersebut yang diyakini, dapat menjadi faktor pembeda ARMA Law dengan kantor-kantor hukum lainnya. Selama ini dikenal sebagai kantor yang mempunyai reputasi di ESG & climate change, shipping, employment, dan general corporate; juga akan berekspansi di fintech dan capital market, maka bukan hal yang mengherankan jika rekomendasi klien yang datang selama ini, mayoritas terbentuk organik.

 

Arum pun menyoroti adanya pergeseran tujuan pengunaan jasa hukum. Satu hal yang positif, sebab kini, sudah banyak yang mulai menyadari pentingnya peran external counsel untuk mitigasi risiko. Di sisi lain, pergeseran ini juga memudahkan pekerjaan lawyer, karena biasanya sudah dilibatkan sejak awal.

 

“Saya yakin in-house counsel punya visi dan misi yang sama dengan lawyer. Mereka sangat kooperatif dan enak diajak kolaborasi. Namun, mengingat peran mereka sebagai jembatan antara kebutuhan manajemen dan lawyer, kesiapan dan komunikasi yang baik dapat menjadi dua hal yang mempermudah proses kolaborasi ini,” Arum menjelaskan.

 

Sebaliknya, tidak hanya punya pemahaman dan kemampuan analisis yang baik, seorang external counsel juga harus mau mengembangkan soft skills, baik itu dari sisi komunikasi, kepemimpinan, maupun kerja tim. Dalam pandangan Arum, pengembangan soft skill dan analisis sesuai kebutuhan klien dan praktik ini merupakan hal penting. Apalagi, bicara tentang hukum, informasinya kini sudah banyak dan dapat diakses dengan mudah. 

 

Being precise, karena external counsel itu kan tugasnya mendampingi in-house counsel. Memang, juga memberikan advis, walaupun keputusannya tetap ada di in-house counsel. Dari banyaknya peraturan, penting untuk meningkatkan cara lawyers mengelaborasi dan memberikan nasihat hukum yang tepat sehingga mempermudah in-house counsel,” lanjut Arum.

 

Program Rutin untuk Peningkatan Internal

A person sitting at a table with a cup of coffee

Description automatically generated

ARMA Law. Foto: Kreatif.

 

Terkait proses mentoring, setiap partner ARMA Law memiliki waktu tiga sampai empat bulan untuk membimbing para associates-nya. Caranya beragam. Bisa dalam bentuk kolaborasi grup, lewat momen santai seperti makan siang ataupun coffee time, hingga lawyer class. Barulah setiap bulannya ada diskusi 1 on 1 antara mentor dan mentee. Proses mentoring tersebut terkait self-assessment untuk mengevaluasi perkembangan associate secara profesional maupun personal.

 

Arum menyebutkan, ARMA Law juga menyiapkan program external professional development kepada setiap associate, seperti mengikuti program bersertifikasi, seminar, atau training. Bahkan, sekalipun tidak ada hubungannya dengan hukum, seperti kelas bahasa Inggris untuk bisnis atau brevet pajak.

 

Tidak hanya aspek profesional, Arma Law juga menaruh perhatian pada perkembangan lawyers secara menyeluruh. Untuk peningkatan kesehatan mental, ARMA Law bekerja sama dengan pihak ketiga untuk memberikan menyediakan layanan konseling secara holistik kepada para lawyers-nya. Layanan holistik kesehatan ini merupakan komitmen ARMA Law untuk mewujudkan ruang aman dan nyaman dalam melakukan pekerjaan sehingga keseimbangan antara seluruh apsek tersebut dapat meningkatkan kualitas kerja dan produktivitas.

 

“Kami mengharapkan para lawyers nyaman untuk memaksimalkan itu semua. Dunia semakin berkembang, lawyers pun harus semakin update. Harus semakin banyak membaca dan mendapatkan informasi, setidaknya untuk familier dengan terminologi-terminologi sektor terkait,” pungkas Arum.

 

Artikel ini merupakan kerja sama Hukumonline dengan ARMA Law.

Tags:

Berita Terkait