Sri Indrastuti Hadiputranto: Berkah Kepatuhan Kepada Bapak
Edsus Akhir Tahun 2010:

Sri Indrastuti Hadiputranto: Berkah Kepatuhan Kepada Bapak

Tuti mengaku tak senang bersengketa di pengadilan. Sepanjang kariernya sebagai pengacara, perkara litigasi yang ditanganinya pun bisa dihitung dengan jari.

Ali
Bacaan 2 Menit

 

Apalagi, bila kadang-kadang klien suka rewel. Namun, bila klien yang dihadapi cukup keren, para anggota di tim itu biasanya saling berebut. “Kalau kliennya keren, meetingnya balapan. Kalau kliennya nggak keren, orang-orang bilang mbak Tuti aja deh,” seloroh wanita yang cukup hangat dan humoris ini.

 

Inti bekerja dalam satu tim, bagi Tuti adalah terbaginya beban yang harus dipikul. Itu yang ia alami ketika menangani Telkom pada saat melaksanaakan penawaran umum perdana pada 1995-an. “Telkom dan satu-satunya perusahaan Indonesia yang listing di bursa Surabaya, bursa Jakarta, bursa new york, bursa London, dan penawaran umum tanpa listing di Jepang. Itu lima sekaligus pada saat yang sama,” jelasnya.

 

Ia mengungkapkan ada 17 orang, termasuk dirinya, yang mengerjakan ini selama enam bulan di Bandung. “Waktu dibuka itu, rasanya saya mau nangis,” ujarnya. Ia menuturkan pekerjaan selama enam bulan ini dilakukan tanpa henti. Saling debat dan beradu argumentasi harus dijalani siang-malam. Bahkan, ia menyediakan vitamin khusus kepada para anggota tim agar tidak ada yang sakit. “Ini pekerjaan paling menarik yang saya lakukan sejak 1989,” ungkapnya.

 

“Bukan main rasanya saat itu. Saya senang melihat perkembangan Telkom saat ini. Saya sangat bangga,” ujarnya.

 

Tak Pindah Profesi

Di usia yang tak muda lagi ini, Tuti masih konsisten menekuni pekerjaan yang dicintainya ini. Ia pun mengatakan tak akan beralih profesi meski beberapa rekannya kerap memintanya terjun ke Mahkamah Agung (MA). Dan Lev, seorang Indonesianis asal Amerika Serikat, bahkan berulang kali bilang Tuti, kamu harus menjadi hakim agung. 

 

Tuti beralasan hidup yang dijalaninya sangat terbatas. Ia mengaku tak akan mampu melawan arus ketika berkiprah di sana. Pun ketika ada orang yang menawarinya menjadi calon legislatif. “Kalau membantu untuk diskusi, saya sih ok-ok saja. Nanti terlalu banyak yang saya tak setuju,” ujarnya.

 

Demikian sekelumit kisah kilas balik perjalanan karier seorang Tuti Hadiputranto. Membincangkan sejumlah pengalamannya ini memang cukup membuat Tuti tersenyum. Apalagi, ketika harus mengungkapkan fakta bahwa ia tak mengerti apa-apa ketika masuk fakultas hukum.

 

“Saya suka kasihan kalau interview anak-anak yang baru sekarang. Ada pertanyaan, apa yang membuat anda ingin menjadi pengacara? Masya Allah, dulu kalau aku ditanya begitu, nggak bakalan lulus aku,” pungkasnya sambil tertawa lebar. 

Tags: