Sri Indrastuti Hadiputranto: Berkah Kepatuhan Kepada Bapak
Edsus Akhir Tahun 2010:

Sri Indrastuti Hadiputranto: Berkah Kepatuhan Kepada Bapak

Tuti mengaku tak senang bersengketa di pengadilan. Sepanjang kariernya sebagai pengacara, perkara litigasi yang ditanganinya pun bisa dihitung dengan jari.

Ali
Bacaan 2 Menit

 

Singkat cerita, masuklah Tuti ke Fakultas Hukum Universitas Indonesia (dahulu bernama Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial). “Terus terang, masuk sekolah hukum di dua tahun pertama sama sekali nggak enjoy. Tapi saya paksakan, ya sudahlah ini kan kemauan orangtua, sampai saya bilang kalau saya lulus, sertifikatnya buat bapak,” selorohnya.

 

Tuti mengantongi titel Sarjana Hukum pada 1970. “Setelah lulus, bingung, mau kemana ya. Kerja nggak ada bayangan. Awalnya, saya ingin jadi notaris aja deh,” ujarnya. Namun, akhirnya guratan takdirlah yang mengantarnya bekerja di kantor Konsultan Hukum milik Adnan Buyung Nasution. Di kantor ini, perkara yang ditangani memang fokus pada hukum bisnis.  

 

“Karena bidangnya benar-benar sangat baru di Indonesia. Bagi saya sangat menantang. Very interesting. Dan tidak berhubungan dengan sengketa. Ini hubunganya dengan bisnis,” ujarnya. Impian awalnya yang ingin berkecimpung di dunia Ekonomi pun tersalurkan. Disinilah titik awal yang membuat Tuti semakin mantap menekuni profesi sebagai commercial lawyer.    

 

Tak Suka Pengadilan

Tuti menuturkan satu alasan mengapa ia memilih dunia non-litigasi. “Saya nggak senang ke pengadilan. Kalau sengketa itu saya memang tak senang. Meskipun di sini kerjanya berdebat juga. Tapi kalau beradu mulut di pengadilan, ah bukan saya lah,” ujar perempuan yang tercatat sebagai Leading Lawyer oleh Majalah International Financial Law Review (IFLR) pada 2010 ini.

 

 

Sepanjang hidupnya, Tuti menuturkan hanya sedikit menangani perkara-perkara litigasi. Itu pun hanya sebagai asisten. “Sekedar datang ke pengadilan. Ya hanya melihat-lihat,” ujarnya. Beberapa kasus yanng pernah ditangani di bidang litigasi adalah kasus pidana, adopsi anak sampai perkara merek.

 

“Saya memimpin tim (dalam litigasi,-red) secara langsung nggak pernah. Nggak kepingin aja. Orang kok sengketa atau ribut aja. Jadi, saya memilih bidang hukum yang bukan mengenai sengketa. Yang lebih menggairahkan keadaan ekonomi. Karena dari dulu senangnya memang itu,” jelasnya.

 

Senang Klien Keren

Tuti memang sangat menyukai pekerjaannya ini. Salah satu alasannya karena, bekerja di bidang capital market, mereka biasanya bekerja dalam satu tim. Tidak ada pekerjaan yang hanya dikerjakan oleh satu orang. “Sukanya karena bisa bekerja erat dengan mereka-mereka ini, jadi kita nggak sendirian,” jelasnya.

Tags: