Sri Ainin Muktirizka: Luaskan Cakrawala, Tingkatkan Kompetensi Diri
Terbaru

Sri Ainin Muktirizka: Luaskan Cakrawala, Tingkatkan Kompetensi Diri

Teladan nilai-nilai keimanan dan keilmuan dari sang ayahanda serta kemampuan berkawan dan kepercayaan diri dari ibundanya turut diajarkan Rizka kepada anak-anaknya sekarang. Perjuangan membesarkan anak juga yang membuatnya tangguh dalam menapaki karier hingga menduduki posisi tinggi dalam karier.

Tim Hukumonline
Bacaan 3 Menit
Direktur SDM & Hukum PT ASABRI (Persero) Sri Ainin Muktizika. Foto: Istimewa
Direktur SDM & Hukum PT ASABRI (Persero) Sri Ainin Muktizika. Foto: Istimewa

Teladan nilai-nilai keimanan serta keilmuan dari sang ayahanda serta kemampuan berkawan dan kepercayaan diri dari ibundanya turut diajarkan Sri Ainin Muktizika, Direktur SDM & Hukum PT ASABRI (Persero) kepada anak-anaknya sekarang. Memaknai perempuan berdaya, Rizka meyakini bahwa pada dasarnya setiap insan adalah ciptaan Tuhan yang berdaya. Untuk beberapa situasi tertentu, memang ada hal-hal yang mengharuskan pembagian fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan. Namun demikian, baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak yang sama untuk memajukan dirinya berdasarkan kompetensi diri yang dimiliki.

Rizka membagikan cerita kepada Hukumonline, bagaimana ia mengarungi perjalanannya sampai saat ini dalam berkeluarga sekaligus menjalani karier. Dengan posisi strategis yang dijabatnya pada sekarang, Rizka mengakui bahwa perjalanan tidak selalu mulus. Ia mengenang, ada periode dalam hidupnya ketika ia mesti melepas posisi dalam pekerjaan demi memfokuskan diri mengasuh anak.

Episode berwirausaha dan mencari pekerjaan pun pernah dilaluinya. Berdasarkan pengalamannya, tantangan besar akan terasa lebih mudah dihadapi ketika perjuangannya dipersembahan untuk buah hati tercinta. Dengan tekad bahwa sang anak harus menjadi lebih baik dari orang tuanya, Rizka berhasil meraih karier yang saat ini ia jalani sekaligus membesarkan anak-anaknya yang membanggakan.

Hukumonline.com

Sri Ainin Muktizika saat makan bersama keluarga. Foto: Istimewa 

Agenda makan malam bersama sudah menjadi kewajiban bagi keluarga Rizka. Di meja makan, ia dan suaminya memosisikan diri sebagai orang tua yang menjadi tempat bertanya sekaligus sandaran bagi anak-anak mereka. Keterbukaan senantiasa dikedepankan dalam perbincangan, agar kepercayaan antara anak dan orang tua tetap terjaga. Sejak anak-anak mereka bersekolah di tingkat dasar, Rizka menyemangati mereka agar bisa membuat bangga kedua orang tuanya.

Ke depannya, ia juga menekankan bahwa hendaknya anak-anak tidak hanya ‘jago kandang’ dengan membatasi dirinya untuk berkarya hanya di dalam negeri. Kesadaran diri sebagai warga Jakarta dan Indonesia, harus juga dilengkapi dengan kesadaran bahwa kita adalah warga dunia. Dengan demikian, batas-batas antar negara yang kini semakin semu, dapat dimanfaatkan untuk meluaskan cakrawala demi menyerap informasi dan ilmu yang berguna dari mana saja.

Menyoroti tentang kesetaraan dalam konteks profesional, Rizka bersyukur karena tempatnya bekerja saat ini tidak hanya melengkapi kantor dengan fasilitas seperti ruang laktasi untuk ibu menyusui, namun juga menjadi lingkungan yang penuh kekeluargaan sehingga menenangkan hati di saat bekerja. Ia juga mengapresiasi adanya komposisi yang seimbang antara pimpinan perempuan dan laki-laki di level tinggi perusahaan, serta berharap lebih banyak perusahaan yang bisa meraih hal serupa.

Namun demikian, terdapat pula hal-hal yang mesti diantisipasi seperti terjadinya harassment di tempat kerja, dan sebagainya. Rizka membagikan pada Hukumonline, sejak tahun lalu di lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah diterapkan respectful workplace policy (RWP) yang bertujuan menciptakan suasana kerja yang aman dan nyaman bagi seluruh pegawai BUMN khususnya perempuan. 

Pada momentum Hari Ibu Nasional ini, Rizka merefleksikan perjalanan mengenai kesetaraan yang sejak dahulu diperjuangkan. Dahulu, kata pemimpin identik dengan sosok laki-laki. Kini, pandangan tersebut telah berubah dan kiranya kesetaraan laki-laki dan perempuan terkait hak untuk menjadi pemimpin telah diraih.

Ke depannya, ia berharap kesetaraan antara perempuan dan laki-laki dalam konteks profesional bisa mendorong masing-masing pribadi untuk mengutamakan kompetensi diri. Sehingga, seorang pemimpin tidak lagi akan dilihat berdasarkan sosoknya apakah laki-laki atau perempuan, melainkan sebagai seorang individu yang kompeten sehingga dapat meraih suatu prestasi dan kedudukan.

Tags:

Berita Terkait