SKK Migas Optimis Lifting Gas Lebihi Target APBN
Berita

SKK Migas Optimis Lifting Gas Lebihi Target APBN

Produksi gas bisa 100% untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri asalkan harga naik.

CR15
Bacaan 2 Menit
SKK Migas Optimis Lifting Gas Lebihi Target APBN
Hukumonline

Lifting gas tahun ini tak mencapai target yang ditetapkan di dalam APBN. Sampai semester I berakhir, gas yang diproduksi hanya mencapai 6.998 british thermal unit per hari (BBTUD). Sementara itu, APBN menargetkan pencapaian 7.175 BBTUD.

Jika dibandingkan tahun lalu, pencapaian produksi smester I bertengger di angka 7.310 BBtud. Artinya, realisasi tahun ini lebih rendah sekitar 4,3% dibanding tahun lalu. Penurunan lifting saat ini merupakan akibat adanya kerusakan trafo listrik di Cilegon, Banten. Selain itu, berbenturan dengan jadwal pemeliharaan kilang LNG Tangguh, Papua, dan Bontang, Kaltim.

Selain itu, realisasi penyaluran gas melalui pipa dan LNG ke domestik meningkat dibanding tahun lalu. Tahun penyaluran gas mencapai 3.632 BBTUD, sementara smester 1 tahun lalu hanya 3.557 BBTUD.

Menurut Kepala Divisi Pemanfaatan Gas SKK Migas Popi Ahmad Navis, peningkatan penyaluran gas melalui pipa dan LNG ke domestik itu disebabkan meningkatnya realisasi gas untuk industri menjadi 1.217 BBTUD dari yang sebelumnya 1.235 BBTUD.

“LNG untuk domestik juga naik menjadi 194 BBTUD dari sebelumnya 86 BBTUD, dan ekspor LNG turun menjadi 2.342 BBTUD dari 2.723 BBtud,” jelas Popi.

Kondisi lifting yang tak sesuai target itu tak melunturkan optimisme Satuan Khusus Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) untuk mencapai target produksi tahun ini. Bahkan, Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini menegaskan pihaknya yakin lifting migas bisa melebihi target yang ditetapkan APBN.

“Kami optimis sampai akhir 2013 bakal melebihi target APBN,” tegas Rudi.

Lebih lanjut, Rudi juga mengungkapkan harapan besarnya agar mendatang gas yang diproduksi bisa 100% untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Saat ini pihaknya tengah merumuskan formulasi kuota ekspor dan domestik dari suatu lapangan untuk mencapai harga keekonomiannya.

“Boleh gas yang diproduksi 100% untuk domestik, asalkan harganya naik," katanya.

Kenaikan harga gas untuk kebutuhan domestik dipengaruhi oleh lokasi pengembangan gas bumi. Banyaknya lokasi yang ada di lepas pantai membuat harga keekonomian gas mendesak untuk ditingkatkan. Lokasi lapangan gas saat ini ada di wilayah laut dalam. Hal itu berbeda Arun dan Bontang yang ada di onshore, sehingga biaya pengembangannya lebih murah dibandingkan dengan pengembangan lapangan gas saat ini.

Selama ini, harga rata-rata gas domestik hanya sekitar US$5 per MMBTU, sementara harga gas rata-rata internasional saat ini sekitar US$15 per MMBTU. Dengan kondisi harga demikian, pemerintah justru memaksa sektor hulu menjual gasnya dengan harga US$5 per MMBTU. Meskipun sebenarnya ada lapangan yang memiliki harga keekonomian gasnya di atas US$10 per MMBTU.

"Karena sekarang lapangan gas adanya di laut dalam, makanya perlu peralatan yang lebih canggih dan investasi lebih besar. Wajar kalau harga gas saat ini tidak semurah dulu," ujar Rudi.

Tags: