Shenandoah Annisaputri: Memberikan Sentuhan Personal dalam Menangani Setiap Transaksi
Hukumonline's NeXGen Lawyers 2021,

Shenandoah Annisaputri: Memberikan Sentuhan Personal dalam Menangani Setiap Transaksi

Tidak ada pekerjaan yang persis sama dan dapat diselesaikan dengan solusi yang sama. Masing-masing advis dan produk hukum adalah sesuatu yang tailored, yang dibuat khusus untuk klien tersebut.

Tim Publikasi Hukumonline
Bacaan 4 Menit
Shenandoah Annisaputri, Associate dari Kantor Hukum Makarim & Taira S. (M&T).
Shenandoah Annisaputri, Associate dari Kantor Hukum Makarim & Taira S. (M&T).

Siapa sangka, hobi membaca dan menulis yang dimiliki Shenandoah Annisaputri (Shenda), Associate dari Kantor Hukum Makarim & Taira S. (M&T) justru membuatnya menikmati profesi hukum saat ini. Padahal, sebelumnya ia tidak pernah bercita-cita menjadi konsultan hukum. Salah satu alasannya, profesi ini tidak begitu familier di keluarganya.

 

Shenda bergabung dengan M&T pada tahun 2013. Ia mengawali karier sebagai Trainee Associate, setelah lulus dari Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran dengan predikat cumlaude. Selama kuliah, Shenda mengikuti berbagai kegiatan di luar kampus termasuk Asian Law Students' Association (ALSA), AIESEC, Harvard National Model United Nations, dan sejumlah kegiatan lain di luar negeri, meliputi Amerika, Korea Selatan, dan Malaysia. Kesibukannya selama kuliah mengajarkannya untuk menyeimbangkan banyak kegiatan dengan hasil yang tetap optimal dari setiap kegiatan, sesuai prinsip: strive for excellence. Kegiatan tersebut juga mengenalkannya pada banyak teman dari berbagai kalangan, yang membantunya beradaptasi saat bekerja sendirian di Jakarta.

 

Di M&T sendiri, Shenda terlibat dalam berbagai transaksi besar, termasuk mendampingi klien dalam rangka pembiayaan untuk pembangunan pembangkit tenaga listrik bertenaga batu bara 2x1,000MW; transaksi penerbitan obligasi senilai 775 juta dolar Amerika; dan akuisisi perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan pelabuhan.

 

Shenda tercatat membantu menyiapkan beragam advis hukum, termasuk di bidang corporate and commercial, banking & finance, dan project finance yang menjadi spesialisasinya. Salah satu proyek yang paling diingatnya, yakni proyek yang mengharuskan ia ‘menciptakan’ konsep hukum baru untuk menjawab kebutuhan klien. Pada saat itu, ia banyak berkoordinasi dengan para pakar termasuk notaris-notaris senior untuk memastikan bahwa konsep tersebut dapat dijalankan dalam praktik. Adapun konsep yang cukup groundbreaking tersebut kemudian digunakan dalam beberapa proyek selanjutnya.

 

Mengasuh Pekerjaan Seperti Anak

Bagi Shenda, menjadi seorang perempuan memberi nilai lebih dalam pekerjaannya. Pasalnya, sebagai perempuan, ia merasa setiap pekerjaan adalah ‘anak’. Ketika proyek tersebut berhasil berjalan dengan baik, ia mengibaratkan si anak sudah mampu berjalan sendiri.

 

Shenda percaya, setiap pekerjaan memiliki sentuhan personal. Jadi, tidak ada pekerjaan yang persis sama dan dapat diselesaikan dengan solusi yang sama. Masing-masing advis dan produk hukum adalah sesuatu yang tailored, yang dibuat khusus untuk klien tersebut. Inilah yang menjadikan konsultan hukum sebagai profesi yang sangat menantang. “Setiap kasus berbeda dan kita akan terus belajar hal baru untuk menjawab permintaan klien. Semua tantangan ini juga harus dilakukan dengan cekatan, professional, dan penuh integritas,” kata Shenda.

 

Firma Hukum M&T lantas menjadi salah satu firma hukum yang menurut Shenda, memiliki iklim yang mendukung perempuan bekerja. M&T memiliki ruang menyusui yang dilengkapi berbagai fasilitas, sehingga memudahkan para ibu bekerja untuk tetap memenuhi kebutuhan anak batitanya. Di sisi lain, kebijakan dan fasilitas M&T memungkinkan ibu bekerja dapat mengembangkan karier sebaik-baiknya di kantor, termasuk adanya working from home (WFH) akibat situasi pandemi. Bagaimanapun, hal ini menjadi pertimbangan yang penting baginya yang memiliki dua anak balita dan seorang suami yang sama-sama berprofesi sebagai konsultan hukum.

 

“Saat ini, M&T memiliki managing partner perempuan dan komposisi partner perempuan yang merupakan ibu bekerja. Komposisi ini hampir sama banyaknya dengan partner laki-laki. Lingkungan bekerja di M&T yang bersifat kekeluargaan dan suportif juga sangat membantu bagi para ibu bekerja di kantor ini,” Shenda menambahkan.

 

Secara umum, Shenda menilai, telah ada banyak opsi bagi perempuan—khususnya ibu—untuk dapat tetap bekerja dan mengurus keluarga dengan baik. Beberapa contohnya, yaitu daycare atau jam kerja fleksibel. Meski perempuan cenderung memiliki beban lebih berat di tengah-tengah perannya sebagai pekerja, istri, sekaligus ibu, perempuan sebenarnya dapat melakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu untuk mewujudkan work-life balance sekaligus menjalankan perannya dengan baik. Dengan kata lain, peran sebagai istri maupun ibu, tidak mengurangi profesionalisme seorang perempuan dalam menjalankan pekerjaannya.  

 

Pandemi Berikan Perspektif Baru

Shenda memahami, pandemi mengubah dinamika ibu bekerja menjadi lebih sulit. Jika sebelumnya ada pembatasan yang jelas, yaitu jam kerja di kantor dan anak-anak di daycare; kini ia harus secara penuh di rumah. Seluruh peran harus ia jalani sekaligus secara paralel setiap hari. Hal yang tidak mudah ini tentu membutuhkan ketahanan fisik dan mental bagi seorang ibu.

 

Shenda sendiri mengakui, ia tidak terlalu memikirkan kesulitan-kesulitan tersebut, dan menggantinya dengan rasa syukur, pemikiran positif, serta kerja sama tim yang baik dengan suami. Justru, keadaan saat ini memberinya kesempatan untuk menyesuaikan jam kerja menjadi lebih fleksibel dan mendampingi perkembangan anak-anaknya di ‘usia emas’.

 

“Anak-anak menjadi hiburan bagi saya dan suami, di tengah beratnya working from home selama pandemi,” terang Shenda.

 

Lia Alizia, Managing Partner di Makarim & Taira S. mengungkapkan, Shenda adalah representasi konsultan hukum muda perempuan yang potensial karena sangat dapat diandalkan untuk menangani pekerjaan-pekerjaan rumit atau yang membutuhkan kecepatan.  Shenda juga cepat memahami masalah besar dan mampu memberikan solusi.  Selama pandemi dan bekerja dari rumah, Shenda mampu membuktikan profesionalitas dan ketangguhannya dalam bekerja, sembari menjalankan perannya sebagai seorang ibu rumah tangga yang mengurus dua anak-anaknya yang masih kecil.  

 

Pada akhirnya, masa pandemi banyak memberikan Shenda perspektif baru dan kesempatan untuk lebih kontemplatif dalam menjalani kehidupan. Prinsipnya, ‘do your best, let God do the rest’. Ia meyakini, sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain. Selain itu, ‘always choose kindness’ juga satu hal yang penting baginya. Dalam hal yang satu ini, ia sendiri mengaku banyak terinspirasi dari rekan kerja di M&T yang memiliki kesadaran sosial tinggi, termasuk terhadap teman-teman down syndrome. Memang, sebagai ibu bekerja, kadang kesibukan juggling antara bekerja dan mengurus keluarga membuat dia kurang memerhatikan sekitarnya. Namun, lewat kejadian-kejadian dalam masa pandemi, Shenda berharap dia bisa lebih bermanfaat bagi orang lain, selain keluarganya sendiri.

Tags:

Berita Terkait